Empat unit Range Rover dan Land Rover ditantang berkotor-kotor seraya menghadapi medan off-road yang baru saja disapu hujan. Mampukah SUV (Sport Utility Vehicle) luks asal Inggris ini menaklukkannya?
Hujan deras menyapu kawasan Cikidang Hunting Resort, Desa Pangkalan, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pagi itu. Trek off-road yang semula kering jadi berlumpur dan lincin. Kondisi ini mungkin difavoritkan oleh para off-roader (profesional), karena membuat medan off-road jadi lebih menantang.
Namun, trek berlumpur dan licin itu jadi masalah karena All New Range Rover, Ranger Rover Evoque, serta Land Rover Discovery 4 yang akan diuji oleh para jurnalis hanya dibekali ban standar. ”Kami tidak menyangka hujan bakal sederas ini,” ungkap Odoy, off-roader nasional yang jadi pendamping saya.
Medan berlumpur jelas meningkatkan risiko. Sekitar 20-an orang jurnalis—beberapa belum pernah mencicipi trek off-road seumur hidupnya—harus mengendarai SUV dengan ban standar di lintasan off-road berlumpur yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi.
Ya, kawasan off-road di area wisata berburu Cikidang yang berjarak sekitar 100 km dari Jakarta itu memang bukan di desain untuk amatir. Treknya penuh liku, kaya akan tanjakan terjal dan turunan curam, serta sempit diapit ”jurang” sedalam 10 meter-12 meter. ”Tingkat kesulitannya memang tergolong medium-hard,” ujar Odoy lagi.
Tapi, keputusan yang diambil pihak PT Grandauto Dinamika selaku Agen Pemegang Merek (APM) Land Rover di Indonesia sudah bulat: acara test drive harus lanjut!
No room for error. Lumpur membuat mobil mudah tergelincir karena kehilangan traksi. Jika panik dan terlalu kencang membanting setir, dampaknya bisa fatal. Maka, hanya ada dua hal yang saya percaya: komando dari instruktur dan kemampuan mobil itu sendiri.
Range Rover Evoque adalah mobil pertama yang saya coba. Trek yang ditempuh mobil berparas cantik dan futuristik ini paling pendek: hanya 600 meter. Maklum, SUV kompak berjuluk ”baby Range Rover” tersebut memiliki mesin terkecil dibanding kakak-kakaknya: 2.0 liter Si4 TurboCharger bertenaga 240 dk. Karena itu, kemampuan jelajah si bungsu jelas terbatas.
Kendati demikian, mobil yang di desain oleh Design Director Land Rover Gerry McGovern dan Victoria Beckham itu unggul lewat kelincahan bodinya. Tanjakan dan turunan curam dilahap cukup mudah. Ini karena Evoque sudah mengusung Terrain Response system, teknologi yang mampu memaksimalkan traksi lewat kombinasi dari respon gas, power distribution, serta suspensi. Teknologi yang diklaim membuat siapapun mampu mengendarai kendaraan off-road secara ”aman”.
Hal menarik dari teknologi ini adalah hill descent control yang membuat mobil mengerem secara otomatis di turunan tajam. Mulanya memang sulit untuk membiarkan mobil ”ngeloyor” tanpa rem di turunan 40 derajat sementara sebelah kiri Anda adalah jurang sedalam 8 meter.
Tapi, begitu saya menaruh kepercayaan pada mobil, semuanya ternyata baik-baik saja. Begitu mobil meluncur turun, Evoque melakukan pengereman aktif, menjaga kecepatan agar mobil menurun bertahap.
Evoque membuat saya percaya diri untuk naik ke level berikutnya: mengendarai Land Rover Discovery 4 bermesin 3.0-liter TDV6 turbo-diesel, dengan torsi maksimal 600 Nm dan tenaga 245 dk. Discovery 4 yang berada di kelas sama dengan Freelander ini memiliki kapasitas 7-penumpang. Bodinya lebih besar dan mampu membawa muatan lebih banyak.
Tapi, tentu saja, yang jadi favorit saya adalah All New Range Rover diesel Twin-turbo 4.4 liter diesel SDV8, dengan torsi 700 Nm dan tenaga 334 dk. Inilah sebenar-benarnya sang penakluk. All New Range Rover membuat medan off-road medium terasa mudah. Tanjakan dilahap dengan deru mesin beringas. Turunan tajam dijalani seolah sudah tidak sabar untuk sampai ke bawah.
Yang membuat saya terkesan adalah sistem Terrain Response 2 milik All New Range Rover yang lebih advance. Pengguna bisa memilih sendiri Terrain seperti apa yang akan dihadapi. Atau, malah membiarkan mobil secara otomatis mendeteksi sendiri Terrain tertentu. All New Range Rover bensin yang mengusung mesin 5.0-liter V8 Supercharged, 510 dk, dan tenaga 503 dk juga saya coba. Tak kalah galak, lincah, dan bertenaga.
Acara Amazing Experience Off-Road with Land Rover yang dihelat pekan lalu ini membuktikan bagaimana Range Rover bak memiliki dua kepribadian berbeda. Inilah mobil yang menawarkan kemewahan, kenyamanan, serta teknologi yang teramat canggih saat Anda gunakan beraktivitas sehari-hari. Namun, mobil ini bisa berubah menjadi galak, beringas, dan tangguh saat dihadapkan di medan jalan off-road ataupun kondisi cuaca ekstrem.
Kendati saat ini penjualan Land Rover masih jauh lebih tinggi dibanding Range Rover, tapi permintaan terhadap Range Rover terus meningkat. Evoque, misalnya, disebut Chief Operating Officer PT Grand Auto Dinamika Darwin Maspolim sebagai ”success story” lantaran permintaannya begitu tinggi. ”Hampir 600 unit Evoque sudah ada di jalanan Indonesia,” katanya.
Menurut Darwin, saat ini pihak Land Rover semakin melirik pasar Asia Tenggara. Walau penjualan di Indonesia masih relatif kecil, tapi diprediksi akan terus meningkat secara eksponensial di masa mendatang. Bahkan, Agustus 2013 depan pihak Land Rover tidak hanya akan membuka kantor perwakilan resmi di Singapura, tapi juga mempelajari kemungkinan untuk membuka pabrik Complete Knocked Down (CKD). Entah itu di Indonesia, Malaysia, atau Thailand.
Menurut Darwin, Land Rover terus menambah investasi mereka. Alhasil, penjualan pun diperbesar dengan target produksi dari 300 ribu unit menjadi 600 ribu unit dalam setahun (global). Model pun diperbanyak, dari hanya 6 varian menjadi 16 varian dalam 5 tahun kedepan.
”Ini program ambisius. Setiap tahun saya akan meluncurkan dua model baru dan terus mengembangkan jaringan distribusi di Indonesia. Dari 4 outlet di Jakarta, beralih ke Surabaya, Medan, Bali, hingga Kalimantan,” kata Darwin yang tahun ini menargetkan penjualan 300 unit Land Rover dan Jaguar.