A man tries a game at the Nvidia Shield PC Game Streaming exhibit at E3, the Electronic Entertainment Expo, in Los Angeles, California.Pasar game konsol tidak dapat dilepaskan dari tiga pemain utama ini: Sony Corp, Microsoft Corp, dan Nintendo Co Ltd. Tidak ada yang nekad untuk mencoba mengoyak dominasi ketiganya kecuali ini: microconsole.

Wajar jika Anda tidak pernah mendengar Ouya. Karena Ouya bukanlah lahir dari perusahaan besar. Bahkan, mereka menggunakan situs crowd-funding seperti Kickstarter.com untuk menggalang dana agar konsol tersebut bisa masuk tahap produksi.

Lalu, bagaimana mungkin Ouya berani masuk ke pasar konsol yang dikuasai oleh tiga pemain besar itu?

Jawabannya adalah inovasi. Di Kickstarter.com, misalnya, Ouya mampu mengumpulkan dana hingga USD8,6 juta (Rp85 miliar) dari 63.000 pecinta game maupun developer yang menginginkan proyek tersebut berjalan. Juga, USD15 juta (Rp148 miliar) lainnya dari venture capital seperti Kleiner Perkins Caufield & Byers.

Itu semata-mata karena konsol yang mereka produksi disebut-sebut sebagai game changer: belum pernah dilakukan sebelumnya dan akan mengubah cara orang bermain game (lewat konsol).

Hal pertama yang membuat Ouya mencuri perhatian adalah harganya. Ketika model terbaru Sony PlayStation 4 akan dibanderol USD399 (Rp3,9 jutaan) dan Xbox One mencapai USD499 (Rp4,95 jutaan), harga Ouya hanya USD99 atau tidak sampai satu juta rupiah.

Pertanyaan yang muncul kemudian mungkin ini: dengan harga semurah itu, bagaimana kualitas game-nya?

Ouya berjalan dengan platform Google Android. Jadi, jangan berharap bisa mendapatkan game dengan kualitas grafis seperti Halo, Call of Duty, atau Battlefield. Konsolnya pun ukurannya sangat mungil, terhubung secara nirkabel dengan sebuah wireless gaming controller.

OUYA_PHOTOS_011Walau menggunakan Android, Ouya memiliki toko aplikasi sendiri. Untuk sementara toko mereka berisi game-game dari developer independen yang dapat diunduh secara gratis (total 150 game). Sementara harga gamenya berkisar antara USD2.99 (Rp30 ribu) hingga USD4.99 (Rp50 ribu) atau sama dengan game Android pada umumnya.

Dengan harga konsol yang tak lebih mahal dari sebuah smartphone entry level, Ouya mengincar marketshare yang sangat besar. Yakni, mereka yang menginginkan game konsol dengan harga lebih terjangkau.

”Sebagai mobile gamer, tentu saya ingin memainkan game-game favorit saya di televisi. Misalnya game balapan Real Racing 3, game first person shooter seperti Modern Combat 3: Fallen Nation, ataupun MMORPG seperti Arcane Legends yang saya rasa sangat seru jika dimainkan di layar televisi berukuran besar,” ujar Fadly S.

Kendati demikian, Aditya Rahman, punya pendapat berbeda. Menurutnya, ia akan tetap memainkan mobile game di perangkat mobile seperti smartphone atau tablet. ”Sebaliknya jika ingin bermain game konsol, saya lebih memilih Xbox atau PlayStation yang menjanjikan kualitas grafis tinggi,” katanya.

Pendiri Ouya Julie Uhrman mengatakan, pembeli Ouya bisa siapa saja. Bisa hardcore gamer yang fanatik dengan game konsol. Bisa juga mereka yang terbiasa memainkan game secara mobile, baik di smartphone atau tablet. Bisa anak-anak, dewasa muda, mahasiswa, atau malah keluarga.

”Yang pasti, kami mengincar mereka yang suka nge-game, namun tidak ingin menghabiskan bujet terlalu besar untuk sebuah konsol game,” ujar mantan eksekutif situs game IGN tersebut.

Melonjaknya popularitas mobile game dalam beberapa tahun terakhir cukup berdampak pada pasar game konsol. Jumlah para pemain game konsol bukannya terus meningkat, namun justru stagnan kalau tidak boleh disebut menurun.

Kendati demikian, nilai total pasar video game secara global pada 2013 masih tetap besar. Firma riset DFC Intelligence memprediksi nilainya menyentuh angka USD66 miliar (Rp650 triliun), naik dari USD63 miliar (Rp620 triliun) pada 2012.

Apalagi, tahun ini akan menjadi tahun yang menarik bagi pasar game konsol. Sebab, untuk pertama kalinya Sony dan Microsoft sama-sama menyegarkan konsol mereka lewat PlayStation 4 dan Xbox One.

Tapi, yang lebih menarik lagi adalah bagaimana micro console mulai terbentuk sebagai pasar baru.

bossa_playing_ddd_on_ouyaKarena ternyata tidak hanya Ouya, beberapa pemain lain sudah menyapa pasar. Ada perusahaan asal California, Satoraga, yang meluncurkan konsol yang disebut GamePop. Konsol tersebut sudah pre-load dengan lebih dari 500an game yang dapat dimainkan secara gratis di layar televisi. Pengguna bisa mengendalikan game lewat joystick bawaan atau secara nirkabel menggunakan smartphone mereka. Caranya cukup berlangganan USD6.99 per bulan, atau membeli konsol seharga USD129 (Rp1,3 jutaan).

Selain GamePop, Nvidia Corp juga sudah merilis konsol handheld yang disebut Shield. Shield adalah konsol game portabel yang dapat memainkan berbagai game Android yang butuh kualitas grafis tinggi.

Rencananya Shield yang sedianya dirilis pada 27 Juni lalu akan dirilis bulan ini dengan harga USD299 (Rp2,9 juta) dari rencana semula USD349 (Rp3,4 juta). Perangkat ini menargetkan penggamar game konsol hardcore yang ingin bermain di perjalanan.

Setiap game mungkin dapat berkembang secara organik. Di masa depan, nanti setiap platform akan memiliki pangsa pasarnya sendiri. Seperti halnya yang terjadi saat ini. Ketika gamer ingin memainkan Halo, maka mereka memilih Xbox. Namun, jika mereka lebih suka game seperti Uncharted, mereka akan lari ke PlayStation 4.

Dan untuk bagi mereka yang sangat suka dengan game Android dan ingin memainkannya dengan cara baru, mungkin mereka akan lari ke micro console.

Yang pasti Micro Console ini memiliki masa depan yang menjanjikan. Bahkan, Tadgh Kelly dari the Edge menyebut 2013 sebagai tahun micro console. ”Inilah tahun ketika konsol tidak harus mahal, tidak butuh power besar, mudah dikembangkan, dan memberikan kebebasan lebih kepada para developer,” katanya.

Varian microconsole

Ouya

130327_ouya_0021Ditargetkan untuk pehobi ngegame dengan bujet terbatas. Konsolnya dibanderol USD99, dengan 150 game yang dapat diakses gratis. Harga setiap game antara USD3-USD5. Lebih dari 17.000 developer berkomitmen untuk mengembangkan game di Ouya. Termasuk raksasa seperti Square Enix Holdings Co Ltd lewat Final Fantasy III serta ChronoBlade keluaran nWay.

GamePop

GamePOPMenargetkan usia demografi 10-30 tahun yang sudah familier dengan iPhone dan Android, namun ingin memainkannya dilayar lebar. Konsolnya dijual seharga USD129 berisi lebih dari 500 game yang dapat dimainkan gratis di layar televisi. Atau, bisa juga menggunakan metode berlangganan Rp70 ribu perbulan.

Shield

NVIDIA ShieldDitujukan untuk penggemar game yang ingin bermain mobile. Dibuat langsung oleh Nvidia. Shield menggunakan OS Jelly Bean. Layarnya 5  inci 720p retinal quality ang dapat disentuh, prosesor NVIDIA Tegra 4 quadcore, RAM 2 GB, memori flash 16 GB, gyro, dan Wifi. Harganya RpUSD299.

GameStick

Game StickDitujukan untuk mereka yang ingin memainkan game portabel di layar TV. GameStick ditenagai Android Jelly Bean, dapat dicolok langsung ke slot HDMI di televisi, dan terhubung lewat bluetooth ke gaming pad. Pengguna dapat mengunduh game, dan menyimpannya di memori flash 8 GB plus tambahan slot memori, RAM 1 GB, dan dapat digunakan pula untuk iOS.