PT Honda Prospect Motor (HPM) terus mengedepankan performa dan DNA balap city car Honda Brio melalui ajang Brio Saturday Night Challenge serta Brio Speed Challenge.
Setidaknya ada dua hal yang tercapai dalam acara Brio Saturday Night Challenge yang sudah digelar untuk kedua kalinya itu. ”Pertama, kita bisa mengukur kemampuan kita sendiri. Dan yang kedua, kita tahu kemampuan mobil kita,” ujar Alvin Bahar, pembalap senior yang tergabung dalam tim Honda Racing Indonesia.
Brio Saturday Night Challenge adalah lomba ketrampilan mengemudi. Para peserta (pemilik Brio) ditantang melintasi track dan bermanuver melewati berbagai rintangan menggunakan mobilnya.
Penentuan pemenang tidak sekadar siapa yang tercepat di garis finis. Namun juga dinilai berdasarkan kategori waktu tertentu (bracket time). Misalnya 22 detik atau 26 detik. Setiap kategorinya diambil 3 juara dengan perolehan waktu tercepat.
Di Brio Saturday Night Challenge seri kedua yang berlangsung pada Sabtu (18/5) silam, sebagian peserta ternyata jauh lebih piawai dalam memacu Brio mereka sampai ke batas maksimalnya.
Ini terlihat dari perbedaan waktu yang cukup jauh antara Brio Saturday Night Challenge seri pertama dan kedua. Di seri pertama, catatan waktu terbaik diraih oleh Joshua Franklin dalam waktu 23.704 detik. Sedangkan di seri kedua Mario C mampu membukukan waktu tercepat di 18.963 detik.
”Ini menyiratkan bahwa para peserta sudah semakin menguasai mobil mereka. Mereka tahu bagaimana Brio berakselerasi, cekatnya pengereman, serta bagaimana lincahnya mobil itu bermanuver,” tutur Marketing & After Sales Service Director PT HPM Jonfis Fandy.
Menurut Jonfis, ketika seorang pengemudi tahu akan kemampuannya sendiri dan mobilnya, maka secara tidak langsung akan berpengaruh besar terhadap safety driving. Para peserta diharapkan (dan diingatkan) untuk memiliki kemampuan berkendara yang baik, berkonsentrasi menjaga keselamatan diri, serta menyalurkan bakat balap di ajang resmi dan aman (bukan jalanan umum).
”Brio Saturday Night Challenge ibarat mengkampanyekan safety driving dengan cara yang lebih fun dan relevan bagi kaum muda (sasaran pasar utama Brio),” ujar Jonfis. ”Diharapkan mereka bisa mengemudi lebih tenang dan sabar. Sebab cara mengemudi di jalanan mencerminkan kepribadian kita,” tambahnya.
Eno, salah satu dari total 81 orang peserta Brio Saturday Night Challenge seri kedua mengatakan bahwa ajang tersebut membuatnya semakin yakin dengan kemampuan mobilnya. ”Selain fitur keselamatannya yang paling lengkap (airbag dan EBS+EBD), saya memutuskan memilih Brio karena performanya yang diatas kompetitornya,” ungkapnya.
Memang sejak diluncurkan pada Agustus 2012 silam Brio langsung menjadi bintang di segmen city car. Terhitung sejak Maret 2013, mobil seharga Rp154 juta hingga Rp175 jutaan itu mencatatkan penjualan sebanyak 11.173 unit.
Oleh Eno, Brio diibaratkan sebagai Honda Jazz dalam ukuran yang lebih kompak. ”Fitur dan cara ngebawa-nya hampir sama dengan Jazz,” katanya.
Dan mungkin hal itu juga yang menjadi alasan mengapa Honda membawa Brio turun ke dalam arena balap. Minggu (26/5) silam, untuk pertama kalinya Honda Brio Speed Challenge digelar di ISOM (Indonesian Series of Motorsports) 2013 di Sirkuit Internasional Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ajang balap One Make Race tersebut akan berlangsung sebanyak 5 seri di musim ini dan memperebutkan total hadiah sebesar Rp110 juta.
Menurut Jonfis, meski termasuk kategori city car, Brio yang dibekali mesin i-VTEC 1.3 L itu memiliki DNA balap yang kental. Ini terlihat dari karakteristik sporty dengan tenaga terbesar di kelasnya (100 PS), bentuk kompak dan lincah, serta handling mantap. ”Karakter ini membuat Brio cocok menjadi mobil balap,” katanya.



