Waze, aplikasi navigasi dan pemetaan yang jadi rebutan Google dan Facebook.
Waze, aplikasi navigasi dan pemetaan yang jadi rebutan Google dan Facebook.

Memang ada alasan mengapa raksasa teknologi sekelas Google dan Facebook saat ini sedang memperebutkan Waze, aplikasi navigasi satelit asal Israel itu. Teknologi peta dan navigasi terbaik akan menjadi modal terbesar dalam memenangkan pertarungan di pasar mobile.

Ada banyak sekali aplikasi navigasi berbasis satelit atau peta gratisan yang tersedia di Google Play, Apple App Store, ataupun Windows Phone Store. Namun, dari sekian banyak itu, ternyata hanya segelintir saja yang memiliki layanan begitu solid. Dan salah satu dari yang sedikit itu adalah Waze.

Waze adalah peranti lunak navigasi gratis untuk smartphone. Asalnya dari Tel Aviv, Israel. Yang membedakan Waze dengan kompetitornya adalah kemampuan aplikasi tersebut memberikan informasi seputar lalu lintas. Baik itu kecelakaan, jalan mana saja yang macet, polisi, dan masih banyak lagi.

Informasi itu dilaporkan langsung secara real time oleh para pengguna Waze sendiri yang disebut Wazers. Para Wazers ini bahkan juga bisa melakukan pemutakhiran peta, pemberian nomor rumah/bangunan, serta penandaan lokasi secara personal.

Para Wazers di Indonesia—khususnya Jakarta—mungkin belum terlalu besar. Tapi, cukup aktif. Di jam-jam berangkat dan pulang kantor misalnya, aplikasi tersebut dirasakan cukup berguna untuk mengetahui jalur mana yang masih lenggang untuk dilewati.

”Informasi lalu lintas yang cukup akurat memberikan nilai tambah bagi Waze yang tidak dimiliki aplikasi navigasi di smartphone lainnya,” ujar Taufan Dwi, yang sejak 1,5 tahun terakhir ini cukup aktif menggunakan Waze.

Fitur yang ditawarkan Waze, sebut pria yang bekerja di bidang event organizer ini, cukup variatif. ”Mulai turn by turn navigation, user interface yang unik, serta gimmick seperti chat, sharing lokasi ke jejaring sosial lain, serta fitur community based sendiri yang menurut saya cukup atraktif,” katanya.

Fitur-fitur itu ternyata juga menarik perhatian raksasa teknologi sekelas Google dan Facebook. Keduanya sama-sama ingin menjadikan Waze sebagai bagian dari perusahaan mereka.

Kabarnya, baik Google dan Facebook sama-sama mengajukan tawaran untuk mengakuisisi Waze dengan nilai yang sangat fenomenal: USD800 juta-USD1 miliar (Rp7,8 triliun-Rp9,7 triliun).

Hal ini tentunya menimbulkan banyak pertanyaan. Salah satunya, mengapa Facebook dan Google sama-sama bertaruh tinggi pada layanan peta/navigasi?

Statistik menunjukkan bahwa aplikasi navigasi adalah 5 besar aplikasi terbanyak yang digunakan pengguna smartphone global.
Statistik menunjukkan bahwa aplikasi navigasi adalah 5 besar aplikasi terbanyak yang digunakan pengguna smartphone global.

Jawabannya bisa ditemukan dari hasil statistik yang menyebut bahwa layanan peta/navigasi termasuk dalam lima besar aplikasi yang paling banyak digunakan di perangkat smartphone.

Layanan tersebut dianggap krusial untuk mendorong pertumbuhan jumlah pengguna di perangkat mobile, sekaligus menjaga agar mereka tetap “kerasan”. Dan bahkan perusahaan sekelas Apple pun pernah dibuat kewalahan. Masih ingat tragedi Apple Maps di iOS 6?

Pada September 2012, Apple mendepak aplikasi Google Maps yang sebelumnya pre-loaded di iPhone, menggantinya dengan peta buatan mereka sendiri Apple Maps.

Sayangnya, peta tersebut memiliki banyak ketidakakuratan dan menimbulkan kritikan dari konsumen. Begitu dahsyatnya kritik tersebut hingga memaksa Chief Executive Apple Tim Cook untuk meminta maaf secara terbuka.

Karena itu, baik Google dan Facebook tidak hanya ingin melisensi atau bekerja sama dengan penyedia layanan peta potensial seperti Waze. Mereka ingin memiliki perusahaan itu. ”Perusahaan yang nantinya menjadi pemilik Waze dapat memaksimalkan teknologi yang dimiliki Waze sesuai kebutuhan atau keinginan mereka,” ujar analis dari firma Raymond James, Aaron Kessler.

Seperti yang disebut diatas, Waze mengumpulkan data (kecepatan dan arah laju kendaraan) dari smartphone penggunanya secara konstan dan real time. Jika data tersebut bisa dimiliki oleh Facebook, jelas sekali layanan tersebut dapat mengancam dominasi Google Maps.

Ingat, Google masih sakit hati dengan Facebook karena sekeras apapun mereka berusaha untuk memperkaya fitur di jejaring sosial Google Plus, masih kepayahan untuk mengikuti langkah Facebook yang memiliki semiliar pengguna aktif.

Apalagi, saat ini Facebook juga sangat konsen di layanan mobile. Lihat saja aplikasi Facebook Home yang disebut beberapa analis menjadi “parasit” di sistem operasi Android buatan Google.

Maka, tidak heran jika kemudian muncul spekulasi bahwa Google berencana untuk membidik Waze agar tidak jatuh ke tangan Facebook. ”Terkadang serangan terbaik justru dilakukan dengan cara bertahan,” ujar seorang sumber.

Ini bukan kali pertama bagi Facebook untuk melakukan akuisisi dalam jumlah yang sangat masif. September 2012 silam, perusahaan jejaring sosial terbesar dunia itu mengakuisisi perusahaan photo-sharing Instagram senilai USD1 miliar dalam bentuk uang tunai dan saham (realisasinya hanya USD715 juta atau Rp6,9 triliun karena saham Facebook yang turun).

Harian ekonomi Israel Calcalist melaporkan bahwa penjajakan Facebook kepada Waze sudah berjalan sejak 6 bulan silam. Namun, hingga saat ini belum ada langkah pasti dari kedua belah pihak.

Kalau jadi, ini adalah akuisisi ketiga Facebook terhadap perusahaan asal Israel. Mereka pernah membeli Snaptu pada 2011 senilai USD70 juta (Rp684 miliar) dan Face.com pada 2012 dengan nilai USD60 juta (Rp586 miliar).

Akuisisi antar-perusahaan TI memang terus memanas. Pekan lalu, misalnya, Yahoo Inc mengumumkan akuisisi senilai USD1,1 miliar (Rp10,7 triliun) terhadap penyedia layanan blog Tumblr.

Berbasis Komunitas

Waze menwarkan lebih banyak fitur dibanding aplikasi navigasi yang ada di pasar saat ini.
Waze menwarkan lebih banyak fitur dibanding aplikasi navigasi yang ada di pasar saat ini.

Waze adalah perusahaan penyedia layanan peta dan navigasi yang bisa dibilang paling “panas” saat ini. Pertumbuhan mereka dari tahun ke tahun terbilang luar biasa. Pada 2011, misalnya, jumlah pengguna Waze di seluruh dunia hanya 7 juta orang. Saat ini, user base mereka sudah tembus 47,5 juta orang. Sekitar 12 persennya berasal dari Amerika, di susul Italia dan Brasil.

Perusahaan yang baru berusia 4 tahun tersebut lahir dari pemikiran Ehud Shabtai, software engineer lulusan Tel Aviv University. Ehud merasa aplikasi GPS yang ada saat itu tidak mampu menampilkan kondisi lalu lintas secara real-time.

Shabtai kemudian bergabung dengan wirausahawan Uri Levine dan Amir Shinar untuk membentuk Waze pada 2008. Hingga saat ini Waze telah mendapatkan suntikan dana senilai USD67 juta (Rp654 miliar) dari berbagai perusahaan raksasa seperti Kleiner Perkins Caufield & Byers, Blue Run Ventures, Horizon Ventures milik pengusaha real-estat Hong Kong Li Ka-shing, bahkan perusahaan semikonduktor seperti Qualcomm Inc. Calcalist juga menyebut bahwa Microsoft Corp. memiliki 10,2 persen saham dari perusahan tersebut.

Chief Executive Waze Noam Bardin dan sejumlah kecil staf (11 orang) kini beroperasi di kantor pusat di Palo Alto, California. Sedangkan 90 staf lainnya ada di Israel. Pada Oktober 2012, Waze sempat bekerja sama dengan Facebook, dimana aplikasi tersebut memungkinkan pengguna untuk men-share lokasi mereka.

Facebook Butuh Aplikasi Navigasi

–       Strategi “mobile first” membuat Facebook berupaya untuk menghadirkan layanan mobile.

–       Aplikasi navigasi adalah 5 aplikasi paling banyak digunakan di smartphone.

–       Data dari aplikasi navigasi menjadi “komoditas” penting yang bisa digunakan untuk menjaring iklan.

–       Dengan memiliki aplikasi yang solid, Facebook diharapkan dapat bersaing dengan Google Maps.

Daya Tarik Waze

Waze 1–       Waze adalah aplikasi navigasi gratis untuk smartphone atau tablet yang memiliki GPS.

–       Tersedia di iOS (iPhone/iPad), Android, Windows Mobile, Symbian dan BlackBerry.

–       Waze memberikan informasi dan peta berdasarkan masukan komunitas pemakainya yang disebut Wazers.

–       Wazers dapat melaporkan informasi seperti kecelakaan, kemacetan, atau berbagai kondisi jalan lainnya secara real time untuk menjadi referensi pengguna jalan lain.

–       Wazers dapat melakukan pemutakhiran peta, pemberian nomor rumah/bangunan, penandaan lokasi secara pribadi.

–       Berbasis komunitas, sesama pengguna Waze dapat saling ngobrol (chatting). Wazers yang melakukan kegiatan atau memutakhirkan peta mendapatkan point.

–       Fitur interaktif dan komunitas membuat Waze unggul dibanding jejaring sosial lainnya.

–       Pengguna Waze dapat men-share kegiatannya di Facebook, Foursquare, ataupun Twitter.