IMG_0273Mungkin banyak yang sangsi dan tidak percaya: sebuah aplikasi di smartphone ternyata dapat membantu mengurai kemacetan di jalanan Jakarta pada jam-jam sibuk.  

Silahkan tidak yakin. Tapi, Chief Engineer Honda R&D Jepang Hiroyuki Koike dan asistennya, Takamasa Koshizen, sudah memberi bukti nyata. Sejak September 2012 hingga Februari 2013 silam tim Honda R&D telah melakukan uji coba di beberapa ruas jalan Jakarta. Salah satunya ruas tol Ulujami-Pondok Ranji.

Hasilnya, aplikasi yang mereka kembangkan itu mampu mengurai kemacetan cukup signifikan pada jam-jam sibuk.

”Di jam masuk dan pulang kantor, volume kendaraan di Jakarta meningkat drastis,” tutur Hiroyuki Koike. ”Apabila laju kendaraan tidak selaras, maka dalam waktu singkat kemacetan akan timbul,” ia menambahkan.

Sebelum keluar dengan solusi aplikasi smartphone Honda Traffic System itu, Hiroyuki dan Takamasa terlebih dulu mencari tahu apa yang menjadi penyebab kemacetan di Jakarta. Ternyata kesimpulan yang mereka dapat sederhana. Bahwa kemacetan acap terjadi karena laju yang tidak serasi antara satu kendaraan dengan lainnya.

Volume kendaraan yang meningkat di jam-jam sibuk tak selalu berujung pada kemacetan selama laju kendaraan lancar (kecepatan tidak turun). Hal ini disebut sebagai synchronized flow (S) atau arus tersinkronisasi (lihat grafis).

Namun, synchronized flow ini dapat dengan mudahnya bisa berubah ke wide moving jam (J) ketika arus kendaraan tersendat. Penyebab arus tersendat ini beragam, mulai kendaraan yang mengerem mendadak, penyumbatan sementara (kecelakaan atau galian jalan), hingga cara mengemudi yang kurang baik.

Karena itu, tim R&D Honda berkesimpulan bahwa kemacetan dapat dicegah dengan cara memperpanjang waktu synchronized flow. Apabila laju kendaraan tetap lancar, kemacetan tidak akan terjadi kendati volume kendaraan meningkat.

”Untuk itu, pengemudi perlu  menyesuaikan perilaku mengemudinya dengan kendaraan di sekitar untuk mencegah terjadinya laju tersendat,” papar Takamasa Koshizen, yang bergelar profesor itu.

Menyesuaikan perilaku pengemudi yang dimaksud Takamasa adalah berupaya menjaga agar jarak dan kecepatan kendaraan tetap sama. Untuk itu, Hiroyuki dan Takamasa keluar dengan solusi aplikasi di smartphone dalam memberikan panduan kepada pengemudi.

Solusi berbasis aplikasi ini dianggap efektif karena mudah di dapat dan murah. ”Di Indonesia juga cocok karena penetrasi smartphone sangat tinggi,” ungkap Takamasa lagi.

Aplikasi yang mereka kembangkan itu menggunakan indikator warna untuk memandu pengemudi mencapai laju kendaraan yang selaras dengan kendaraan lain di sekitarnya. Yang dimonitor adalah pola akselerasi dan deselerasi. Kemudian ditentukan apakah pola tersebut berpotensi menyebabkan lalu lintas tersendat atau tidak.

Jika potensi kemacetan muncul, maka indikator warna akan memandu pengemudi menyesuaikan kecepatan agar tetap selaras. Ketika indikator menunjukkan warna hijau, berarti pengemudi sudah selaras. Sebaliknya warna biru artinya ada gangguan. ”Pengemudi cukup berupaya menjaga agar lampunya tetap hijau,” beber Takamasa.

Dari hasil pengujian, aplikasi Honda Traffic System itu akan semakin terasa dampaknya jika digunakan di banyak kendaraan. Ketika laju kendaraan terjaga ritme atau sinkronisasinya, maka semakin kecil risiko untuk macet.

Tidak hanya itu, aplikasi tersebut juga memberikan banyak dampak positif, mulai santun dan teratur di jalan, mengurangi risiko kecelakaan, hingga efisiensi bahan bakar.

Karena itu, target tim Honda R&D adalah mendistribusikan aplikasi ini sesegera dan seluas mungkin. Utamanya di negara-negara di kawasan ASEAN. ”Kami memang berencana untuk menempatkan Honda Traffic System di Google Play dan Apple App Store. Semoga saja Juni depan sudah bisa dicoba dan diunduh,” beber Takamasa lagi.

Melaju dengan Ritme Tertentu

1. Aplikasi Honda Traffic System bertujuan memantau dan menjaga ritme kendaraan agar tetap tersinkronisasi. Warna hijau akan menyala jika berkendara sesuai ritme, dan berubah biru jika terjadi gangguan.

2. Kendaraan yang berjalan sesuai ritme akan memunculkan harmonisasi dan keselarasan laju, akibatnya perubahan arus lalu lintas menjadi halus sehingga tidak jatuh pada kondisi macet.

3. Aplikasi tersebut tidak berfungsi menghilangkan kemacetan, namun lebih kepada menanggulangi atau mengurai kemacetan di ruas-ruas jalan yang seharusnya tidak macet.

4. Rencananya, aplikasi tersebut akan tersedia secara gratis di Apple App Store dan Google Play dalam waktu dekat.