Model berpose dengan Acer Liquid C1, smartphone pertama dengan logo "Intel Inside" di Indonesia.
Model berpose dengan Acer Liquid C1, smartphone pertama dengan logo “Intel Inside” di Indonesia.

Melalui kehadiran Acer Liquid C1 di Indonesia, Rabu (6/1) silam, Intel Indonesia menegaskan bahwa mereka telah siap tempur, menantang dominasi Qualcomm maupun Nvidia. Lalu, apa dampaknya bagi pasar dan konsumen Indonesia?

Mungkin terdengar asing, tapi System on Chip (SoC) adalah komponen paling penting di sebuah smartphone. SoC adalah otak dari ponsel pintar. Sebuah chip tunggal yang menjalankan fungsi vital seperti processing, encoding, decoding, fungsi telepon, hingga 3D rendering.

Di ajang Mobile World Congress (MWC) 2013 yang berlangsung Februari silam, persaingan pasar SoC kian sengit. Tampuk kepemimpinan Nvidia dan Qualcomm digoyang oleh penantang baru. Dialah Intel, perusahan semi konduktor terbesar di dunia yang tahun ini semakin agresif di pasar smartphone.

Intel memang dinilai terlambat. Tapi, mereka membalas keterlambatannya itu dengan menghadirkan portofolio SoC yang tidak hanya lengkap, tapi juga sangat powerful. Kabarnya, cukup powerful untuk bisa menguncang dominasi Nvidia dan Qualcomm.

Chip terbaru Intel ini bahkan sudah bisa dirasakan oleh konsumen Indonesia melalui Acer Liquid C1. Liquid C1 menggunakan chip Intel Atom Z2420 dengan nama sandi Lexington. Chip tersebut dikenalkan kali pertama di MWC 2013.

Apa istimewanya? Lexington ditujukan untuk mentenagai smartphone entry level yang relevan untuk emerging market seperti Indonesia. Namun, Intel mengklaim fitur Lexington sama sekali tidak kacangan.

Chip tersebut dinilai mampu menopang fungsi-fungsi yang sebelumnya hanya dimiliki oleh smartphone kategori middle bahkan high end, dengan daya tahan baterai yang lebih baik.

Multiple Arsitektur

Acer Liquid C1 adalah kerja sama pertama antara Intel Indonesia dengan Acer Indonesia. Namun, kedepannya, Chief Representative Intel Indonesia Santhosh Viswanathan menegaskan bahwa akan lebih banyak lagi vendor smartphone yang mengusung logo “Intel Inside” di kasingnya.

Dan logo “Intel Inside” itu tidak Cuma tersemat di model smartphone entry level, namun juga kelas medium bahkan high end. Sebab, menurut Santhosh, Intel telah menyiapkan arsitektur chip yang sangat lengkap.

Sebelum Lexington, Intel sudah memiliki Intel Atom Z2480 dengan nama sandi Medfield. Medfield telah digunakan oleh sejumlah vendor seperti Lenovo, ZTE, dan Motorola.

Benchmark yang dilakukan blogger populer Anandtech menunjukkan bahwa Motorola Droid RAZR i yang menggunakan Intel Atom Z2480 terbukti jauh lebih cepat dibanding Apple iPhone 5 bahkan HTC One X sekalipun.

Teknologi single core hyper-threaded yang dimiliki Medfield sudah setangguh bahkan mengungguli prosesor dual core/quad core yang ditanamkan di smartphone saat ini. Yang menarik, Medfield bahkan bukan arsitektur terbaik yang dimiliki Intel. Masih ada lagi Intel Atom Z2580 dengan nama sandi Clovertrail+ yang jauh lebih cepat.

Saat ini Intel sedang mengembangkan generasi terbaru chip yang menggunakan fabrikasi hingga 22 nanometer (22nm). 22nm adalah jarak antar transistor dalam sebuah chip. Semakin kecil jarak itu, jumlah transistor yang bisa dibenamkan pada sebuah chip pun semakin banyak. Dampaknya, semakin luas fungsi yang bisa dilakukan oleh sebuah smarpthone.

Klaim Intel, teknologi 22nm itu nantinya dapat menghasilkan prosesor yang lebih kencang 20 persen-65 persen dibandingkan chip dengan fabrikasi 32-nanometer saat ini.

Teknologi 22-nanometer sendiri sudah digunakan di seri prosesor desktop Intel Core Generasi Ketiga (Ivy Bridge). Namun memang belum pernah diterapkan di smartphone.

Lebih Agresif

Intel memang terlambat masuk ke pasar SoC smartphone. “Namun, bukan berarti Intel tutup mata dan tidak peduli,” katanya. Intel, menurut Chief Representative Intel Indonesia Santhosh Viswanathan justru selalu melihat kedepan. Kepada tuntutan konsumen yang semakin tinggi.

”Intel ingin membawa fungsionalitas sebuah PC ke dalam sebuah smartphone. Karena itu kami butuh waktu lebih lama,” kata Santhosh. Ketika tujuan itu mungkin tidak akan tercapai dalam waktu dekat, yang pasti dalam waktu dekat ini Santhosh menjanjikan bahwa akan banyak kejutan dari Intel Indonesia di pasar smartphone lokal.

”Intel akan semakin memperkuat posisi dan kehadirannya di pasar smartphone Indonesia,” ujarnya. ”Kami akan melakukan banyak edukasi di pasar tentang Intel. Tidak hanya PC, tapi juga smartphone,” ungkap Santhosh.

Dan yang lebih penting bagi Intel sekarang menurut Santhosh adalah ini: get the right product to market. Nilai smartphone seperti Acer Liquid C1 dinilai dapat memberi dampak lebih luas ke pasar. Karena konsumen terus menuntut harga proses komputasi yang lebih baik dibalik harga yang semakin terjangkau.

Santhosh juga percaya bahwa logo ”Intel Inside” yang nantinya berada di balik smartphone yang akan membanjiri pasar Indonesia akan berarti besar. ”Selama lebih dari tiga dekade logo itu membuat mereka (konsumen) mendapat peace of mind saat membeli PC atau laptop. Kedepannya, hal itu akan terjadi pula di smartphone,” ungkapnya.

Acer Liquid C1

Acer Liquid C1 (1)Smartphone dengan chip Intel pertama di Indonesia yang dimaksimalkan untuk Android. Memiliki ukuran layar 4,3 inci, prosesor single-core 1,2 GHz, mesin grafis PowerVR SGX540 berkecepatan 400 MHz, RAM 1 GB, kamera 8 MP dengan kecepatan 5 frame per detik, serta konektivitas HSDPA hingga 21 Mbps.

Harga banderol: Rp2,8 juta.