Netbook semakin kehilangan daya tariknya.
Netbook semakin kehilangan daya tariknya.
  • Pada 2005, Mary Lou Jepsen membuat desain laptop supermurah yang kemudian dikenal sebagai One Laptop Per Child (OLPC). Proyek OLPC yang meluncur pada 2007 berupaya membuat komputer murah bagi anak-anak di negara miskin.
  • OLPC menggunakan sistem operasi Linux, memiilki koneksi Wi-Fi, layar warna, kibor, prosesor dan RAM minimalis, desain yang rigid, memori flash (agar lebih tahan benturan), dan konsumsi energi rendah. Harganya hanya USD100 (Rp950 ribu
  • Kontraktor OLPC adalah Quanta, perusahaan original design manufacturer (ODM) notebook terbesar dunia asal Taiwan. Ternyata OLPC menginspirasi Asustek untuk membuat laptop murah. Ukurannya 7 inci, tanpa slot DVD, untuk email dan browsing. Mereka menargetkan anak-anak, orang tua, dan kalangan menengah kebawah di negara berkembang.
  • Pada 2007, Eee PC menyapa pasar. Diluar dugaan, dalam beberapa bulan penjualannya langsung tembus 350.000 unit.

  • Kesuksesan Asustek menginspirasi vendor lain seperti Acer, Dell, HP, dan Lenovo. Pada 2008, netbook mencapai masa keemasannya. Di Amerika dan Eropa, netbook dibeli oleh konsumen kelas menengah di yang ingin laptop kedua untuk berinternet atau sekadar membalas email.
  • Di Indonesia, konsumen netbook juga berasal dari mereka yang pertama membeli laptop karena harganya yang terjangkau.
  • Netbook terus berevolusi. Dari layar 7 inci melebar ke 10,2 inci. Dari baterai 3 cell menjadi 6 cell. Dari wi-fi saja menjadi 3,5G/HSDPA. Prosesor Intel Atom terbaru pun sudah cukup kuat untuk membuka Photoshop. Sayangnya, konsumen mulai jenuh. Mereka menginginkan laptop yang lebih besar dan lebih canggih.
  • Penjualan netbook mencapai puncaknya pada 2010 dengan total 39,4 juta unit di seluruh dunia (11 persen total PC market). Tapi, di Januari 2010 itu pula Apple mengenalkan iPad yang lantas memunculkan pasar komputer tablet.
  • Sejak dikenalkannya tablet, lembaga riset seperti IDC, Gartner, atau ABI Research memprediksi bahwa netbook akan tergeser. Dan prediksi itu jadi kenyataan.
  • Pada 2011, penjualan tablet menggeser netbook yang turun 25 persen dari tahun sebelumnya (dari 39,4 juta unit 2010 ke 29,4 juta unit 2011). Sedangkan pengapalan smartphone mencapai 487,7 juta unit, melebihi total tablet dan PC digabungkan 414,6 juta unit.
  • Terhitung sejak 1 Januari 2013, Asus dan Acer, bahkan Micro-Star International (MSI) berhenti memproduksi netbook. Membuat pasar netbook semakin terpuruk.
  • Sebagian analis menilai netbook tidak akan hilang setelah 5 tahun masa jayanya. Tapi akan ada perubahaan yang membuatnya tetap relevan untuk konsumen tertentu. Misalnya murid sekolah atau mereka yang membeli laptop pertama kali.

 

Pembunuh Netbook

Kehilangan Daya Jual

Netbook populer karena rentang harga murah dan portabilitas. Tapi, saat ini harga notebook yang memiliki layar lebih besar dan prosesor lebih baik pun hanya berbeda tipis dengan netbook (Rp 1 jutaan). Terkait portabilitas, konsumen juga mendapat lebih banyak pilihan, misalnya dari tablet.

Keuntungan Tipis

Asus Eee PC dengan Linux dapat dibanderol Rp2 jutaan. Namun, dengan harga yang sangat murah itu, keuntungan bagi vendor sendiri sangat tipis. Di sisi lain, para vendor beralih ke smartphone ataupun tablet karena menjanjikan keuntungna lebih besar.

Kehadiran Tablet

iPad resmi dijual pada April 2010. Beberapa bulan kemudian vendor lain mulai merilis tablet dengan OS Android. Dengan cepat tablet menjadi segmen paling hot dipasar. Pada 2011, pengapalan tablet menggeser netbook dari 63 juta junit berbanding 29,4 juta unit. Pada 2012, penjualan tablet diprediksi mencapai 122,3 juta unit dan 172 juta unit pada 2013. Netbook, sementara, nol.

Minim Inovasi

Aplikasi Windows 8 tidak dapat berjalan di netbook karena spesifikasi minimal layarnya tidak terpenuhi. Ini membuat netbook minim inovasi. Selain itu, konsumen merasa netbook tidak keren saat dibawa-bawa jika dibandingkan tablet.