
New Honda Jazz kembali disegarkan lewat ubahan minim (facelift). Fiturnya ditambah, desainnya dirubah. Pilihannya pun kian beragam. Kendati harganya naik, penjualan Jazz ditargetkan meningkat 22,3 persen tahun ini.
Tepat setahun yang lalu Honda Jazz pernah terpuruk. Sebagai dampak terganggunya pasokan komponen akibat bencana banjir di Thailand, pada Januari 2012 silam Jazz hanya mencatat penjualan sebanyak 2 unit.
Namun, mobil yang dirakit di kawasan Karawang, Jawa Barat, itu tidak ditinggalkan konsumen loyalnya. Pada bulan-bulan berikutnya–seiring dengan pasokan komponen yang berangsur normal—penjualan Jazz meningkat secara bertahap.
Pada Februari 2012 Honda Jazz terjual 404 unit dan langsung melonjak hingga 2.354 unit ( 50 persen dari total penjualan PT Honda Prospect Motor) pada Maret 2012.
Selama 2012 pun Jazz menjadi penyumbang penjualan terbesar Honda dengan catatan 21.244 unit dari total 69.320 unit penjualan mobil Honda. Di kelas hatchback, Jazz masih memimpin dengan 29 persen market share.
Dengan tren penjualan yang tetap konsisten, diperkirakan penjualan Honda Jazz akan menembus angka 200.000 unit di awal tahun 2013 ini.
Dan Jazz sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Bahkan semakin agresif. Sebab target penjualan Jazz dinaikkan menjadi 26.000 unit sepanjang 2013 (naik 22,3 persen dibanding tahun lalu).
Untuk mencapainya, varian Jazz disegarkan dengan penambahan fitur dan sedikit ubahan desain.
New Honda Jazz tipe RS misalnya, mengalami perubahan pada grill depan (dilengkapi emblem RS), lampu utama, tailgate spoiler, lampu belakang, juga pelek 16 inci. Interiornya pun ditambah dengan layar sentuh 6,1 inci.
Meski demikian, harga Jazz tipe RS dinaikkan Rp6 juta menjadi Rp221 juta untuk transmisi manual dan Rp231 juta versi otomatis.
Kenaikan harga juga dialami oleh New Honda Jazz tipe S. Jazz Tipe S yang memiliki perubahan pada grill depan, spion, sistem audio 2-DIN, keyless entry, dan security alarm naik Rp5 juta. Untuk versi manual dilego Rp203,5 juta dan Rp213,5 juta untuk tipe otomatis.
Yang menarik adalah kehadiran New Honda Jazz tipe A. Tipe A ini sebenarnya bukan model baru. Melainkan tipe S lama yang mengalami beberapa perubahan pada komponen pelek, door handle, dan sistem audio.
Menurut Marketing & After Sales Service Director PT HPM Jonfis Fandy, tipe A ini sengaja ditawarkan untuk memberikan pilihan yang lebih luas kepada konsumen. ”Dengan kehadiran tipe A dengan harga yang lebih terjangkau ini membuat pilihan Honda Jazz lebih beragam,” ujar Jonfis di sela peluncuran New Honda Jazz di Central Park, Jakarta, Selasa (22/1) kemarin.
Terkait harga Jazz tipe A yang hanya terkait Rp19 jutaan dibandingkan Honda Brio, Jonfis juga tidak khawatir akan kemungkinan kanibalisme.
Ia menilai bahwa Jazz dan Brio memiliki segmen yang berbeda. ”Honda Brio masuk ke segmen city car. Yakni mereka yang menginginkan mobil lebih kecil dan biasanya difungsikan sebagai mobil kedua,” ujarnya.
Ahli bidang automotif Suhari Sargo menilai bahwa PT HPM berani menaikkan target penjualan kendati harga mobil juga naik karena konsumen Honda Jazz sangat loyal. ”Sebagai pencetus segmen hatchback, Jazz itu punya reputasi yang sangat mapan,” katanya.
Hal ini memang diungkapkan oleh Presiden Direktur PT HPM Tomoki Uchida dalam sambutannya. Uchida mengungkap bahwa kehadiran Jazz di Indonesia pada 2004 telah memicu tren mobil hatchback di pasar otomotif nasional.
Jazz, menurut Uchinda, mengukir imej hatchback sebagai mobil kompak, hemat BBM, dan memiliki utilitas tinggi. ”Sebuah mobil yang tetap nyaman saat digunakan untuk kegiatan sehari-hari, namun tetap bisa membawa banyak barang dan penumpang,” katanya.
Mengapa Jazz tidak tergeser sebagai pemimpin segmen hatchback, menurut Jonfis Fandy bisa dilihat dari kualitas dan inovasi Honda Jazz yang bertahan dari generasi ke generasi. ”Baik dalam hal performa, kelincahan, kenyamanan, utilitas, hingga keselamatan,” ujarnya.
Karena itu pula, lanjut Jonfis, tagline terbaru New Honda Jazz adalah tanpa kompromi. ”Konsumen Honda Jazz mendapatkan hatchback terbaik,” ungkapnya.
Total pasar hatchback sepanjang 2012 silam meningkat hingga 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2013, diperkirakan pasar hatchback akan kembali meningkat maksimal 10 persen.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus membaik, daya beli masyarakat pun terus meningkat. Karena itu, Suhari Sargo menilai bahwa konsumen cenderung memilih mobil yang sesuai dengan selera dan keutuhan. ”Kendati harganya lebih mahal, namun jika sesuai dengan fungsi dan ekspektasi, konsumen akan tetap beli,” ujarnya.