samsung 2Smartphone bersistem operasi Android kini menjadi andalan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia dalam menghadirkan solusi mobilitas untuk para pekerjanya.

Wahyu Sasongko kini bisa bernafas lega. Maklum, selama beberapa bulan terakhir IT Manager PT Holcim Indonesia itu kewalahan menghadapi banyaknya permintaan dari para staff PT Holcim Indonesia—berasal dari berbagai divisi berbeda—yang menginginkan solusi mobilitas dalam bekerja.

”Para staff menginginkan handset yang mereka miliki, baik itu smartphone ataupun tablet, dapat digunakan untuk menunjang pekerjaan,” ujar Wahyu saat berbincang dengan SINDO di Nan Xiang Restaurant, One Pacific Place, Jakarta, Kamis (29/11) silam.

Tentu saja persoalan pertama yang mengemuka adalah keamanan. Sebagai IT Manager, Wahyu bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perangkat yang digunakan para staf sudah sesuai atau comply dengan standar keamanan yang telah ditetapkan oleh PT Holcim Indonesia.

Sebelum melakukan hal itu, yang dilakukan oleh Wahyu adalah ini: menyeragamkan perangkat bergerak yang digunakan oleh staf. Jika kemudian pilihannya jatuh ke Samsung Galaxy Tab 10.1, setidaknya ada dua alasan yang ia kemukakan.

Pertama terkait harga Galaxy Tab 10.1 yang lebih terjangkau dibandingkan tablet seperti iPad keluaran Apple. Alasan kedua lebih kepada layanan purna jual Samsung yang berada di banyak kota. ”Purna jual penting karena Holcim memiliki 45 cabang di seluruh Indonesia. Jika mereka memiliki masalah dengan device, mereka bisa cepat ke service center terdekat,” ujarnya.

Selanjutnya yang ia lakukan adalah memastikan bahwa sistem operasi Android dapat menjalankan semua program dan aplikasi vital perusahaan serta tentu saja terjamin keamanannya.

”Ada beberapa hal yang kita aplikasikan untuk memperketat keamanan. Selain penggunaan proxy server dan HTTP Secure, autentifikasi password, hingga penggantian password secara rutin setiap 2 bulan sekali (active directory password change),” ujarnya.

Melalui Galaxy Tab 10.1-nya, Wahyu lantas menunjukkan beberapa aplikasi yang biasa digunakan oleh para staf Holcim. Mulai aplikasi sederhana seperti push mail Lotus Notes Traveler,  Sametime Chat untuk chating, System Application and Product in data processing (SAP), Salesforce.com, hingga aplikasi yang sangat rumit untuk memonitor pabrik.

”Staf yang telah diberi otorisasi khusus bahkan bisa menonaktifkan mesin pabrik jika dibutuhkan langsung dari Galaxy Tab-nya,” ungkap Wahyu.

Menurutnya, penggunaan perangkat bergerak seperti smartphone ataupun tablet sebagai penunjang pekerjaan adalah tren yang tidak dapat dibendung. ”Kita sebagai tim IT hanya dapat mengakomodir, menertibkan, serta memastikan bahwa keamananannya comply,” ungkapnya.

Tren BYOD

Pada Maret 2011, GigaOm Pro Survey Research menunjukkan bahwa solusi mobilitas pada perusahaan terbukti mampu meningkatkan produktivitas hingga 42 persen. Tidak hanya itu, solusi mobilitas juga membuat paperwork berkurang hingga 39 persen, dan bahkan pendapatan meningkat hingga 37 persen.

Survei tersebut seolah mempertegas dampak positif penggunaan perangkat bergerak dalam lingkungan kerja. Hal tersebut diakui oleh IT Manager PT Holcim Indonesia Wahyu Sasongko.

Dengan menggunakan perangkat bergerak seperti smartphone ataupun tablet, lanjut Wahyu, para staf perusahaan dapat lebih mudah melakukan respon, baik terkait sales maupun support function lainnya.

”Tren bring your own device (BYOD) telah lahir menjadi sebuah policy di PT Holcim Indonesia yang harus kami, sebagai tim IT, akomodir,” ujar Wahyu.

Tentu saja ketika tren BYOD menjadi suatu keniscayaan, yang terjadi kemudian adalah munculnya ruang pasar yang terbuka lebar. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri transportasi, manufaktur, manajemen logistik, hingga fleet management butuh sebuah enterprise mobility solutions yang tepat. Sebuah solusi mobilitas yang tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha, tapi juga kelancaran aktifitas bisnis.

”Peluang business to business (B2B) ini cukup besar. Sekarang prosentasenya sudah mencapai dua digit terhadap business to consumer (B2C),” ujar Head of Enterprise Biz (HHP) PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) Alven Desnecmen. Itulah yang menjadi alasan mengapa sejak 2011 silam Samsung Indonesia semakin intens menggamit pasar korporasi. Belum lama ini mereka menjalin kemitraan dengan tiga perusahaan sekaligus: PT Holcim Indonesia, PT Malifax Indonesia dan Sejahtera Group.

Kemitraan tersebut antara lain berupa penyediaan perangkat Android yang menunjang mobile device management (MDM), keamanan VPN, serta teknologi keamanan mobile lainnya yang sesuai dengan standar keamanan perusahaan.

Faktor keamanan adalah pertimbangan pertama dan utama perusahaan ketika memutuskan untuk mengakomodir solusi mobilitas. Alven menegaskan bahwa Samsung Mobile Security telah comply lebih dari 338 kebijakan IT (IT Policy) dalam 727 application programming interfaces (APIs).

”Intinya, hardware Samsung sudah siap menyambut enterprise dengan IT security tertinggi sekalipun,” ujar Alven.

Samsung yang sebelumnya dikenal dengan B2C, kini memang mulai memperkuat segmen korporasi dan bisnis. Menurut Alven, strategi yang dilakukan perusahaan adalah berusaha untuk embrace, mengikuti dan mengembangkan alur yang sudah ada.