
Sebagian mungkin menganggap mereka ”gila”: menghabiskan puluhan hingga ratusan juta rupiah hanya untuk memodifikasi mobil. Ternyata, mereka punya alasannya sendiri. Kepuasan lah yang dicari.
Baru sejak dua tahun terakhir ini M Fahriansyah, 18, fokus menekuni hobi modifikasi mobil. Kendati demikian, keinginan untuk membangun sebuah mobil sesuai angan sudah ada sejak kecil. ”Kesempatannya baru datang sekarang,” ujarnya. ”Karena itu yang saya lakukan saat ini (memodifikasi mobil) lebih kepada mewujudkan mimpi masa kecil,” ujarnya.
Pada 2011 silam ia sengaja membeli sebuah Honda Jazz bertransmisi otomatis untuk dimodif. Mimpinya adalah membangun mobil yang desainnya mengacu pada British Touring Car Championship (BTCC), seri mobil balap touring tahunan di Inggris.
”Saya ingin mengeksplorasi sejauh mana Honda Jazz bisa di-push desain ataupun mesinnya untuk ajang balap,” ujarnya.
Proses modifikasi mesin, under carriage, body kit, eksterior, dan interior terhitung cepat: hanya memakan waktu 1,5 bulan. Namun, biaya yang ia keluarkan cukup besar: mencapai Rp220 juta atau senilai sebuah Honda Jazz RS keluaran baru.
Oleh Fahriansyah, mobilnya memang sudah beberapa kali diikutkan ke ajang kontes modifikasi. Namun, keinginan terbesarnya justru bukan untuk memenangi kontes. Melainkan turun di kejuaraan balap. ”Saya ingin turun di ajang drag race,” ungkapnya.
Angka ratusan juta untuk merombak tampilan mobil mungkin luar biasa. Namun, menurut Fahriansyah, kepuasaan yang di dapat dalam memodifikasi mobil sulit dinilai dengan uang.
Hal itu dibenarkan oleh Michael Ben, 19, yang juga pehobi modifikasi mobil. Walau sudah sering ikut dan memenangi berbagai kontes modifikasi, hadiah uang yang diterimanya hanya dianggap sebagai bonus.
”Kepuasaan sesungguhnya adalah saat saya berdiri diatas panggung sebagai pemenang,” katanya.
Menurut Michael, hadiah yang di dapat saat memenangi kontes modifikasi seringnya tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk mendandani mobil.
Total biaya yang dikeluarkan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini untuk merombak Honda Jazz lansiran 2008 miliknya, misalnya, lebih dari Rp120 juta. ”Untuk sistem audio saja saya keluar Rp80 juta,” katanya.
Ketika mengikuti ajang Jazz Tuning Contest (JTC) 8 di Central Park, Jakarta, pada 8-11 November 2012 silam, Michael berfokus pada audio dan sound. Michael menggunakan Head Unit Sony XAV-622, Monitor 9 inci Acoustic, LED TV Sharp AQUOS 24 inci, serta air sus dan pneumatic system untuk sistem audionya.
Terbukti dalam JTC 8 ia meraih dua penghargaan, yakni The Best Audio Design dan The Best Sound Pressure Level (mencapai 146.5 desibel).
Ternyata tidak selamanya hobi modifikasi ini disebut menghambur-hamburkan uang. Hal itu diungkapkan oleh Bobby Chendrawanto, 23. Menurut Bobby, total biaya modifikasi yang ia keluarkan hanya sekitar Rp40 juta-Rp50 jutaan. ”Itupun saya lakukan secara bertahap,” ujarnya.
Honda Jazz miliknya berfokus pada ubahan cutting sticker dengan gambar karakter anime Dragon Ball Z yang menutupi lebih dari 50 persen bodi mobil. Kombinasi warna bodi putih dan desain anime membuat Jazz tersebut menonjol.
Modifikasi lainnya terlihat di bemper depan dan belakang. Sedangkan ruang kabin tidak terlalu banyak ubahan kecuali 2 unit subwoofer Grandeur 12 inci dan speaker Myth.
Pria dengan badan penuh tato yang berprofesi sebagai pengusaha di bidang fashion ini bercerita bahwa keinginan untuk memodifikasi mobil sudah ada sejak ia duduk di bangku SMA. ”Namun karena saat itu masih belum berpenghasilan, keinginan saya hanya sebatas mimpi,” ujarnya.
Setelah pindah dari Solo ke Jakarta untuk memulai bisnisnya sendiri, Bobby berlahan membeli mobil sendiri dan mulai melakukan modifikasi kecil-kecilan. ”Saya mulai dulu dari audionya, kemudian interior, dan diakhiri terakhir eksterior,” ujarnya.
Modifikasi, menurut Bobby, adalah hobi yang tidak akan pernah mencapai kata sempurna. ”Tidak ada kata puas dalam memodifikasi mobil. Selalu saja ada komponen yang ingin ditambah atau dirubah,” katanya.
Industrinya Membesar
Kontes modifikasi mobil bisa dibilang menjadi ajang yang tak pernah surut peminat. Honda Jazz Tuning Contest, misalnya, tahun ini sudah masuk tahun ke delapan penyelenggaraan. JTC pertama digelar pada 2005 silam di Plaza Senayan Gelora Bung Karno, dengan peserta mencapai 100 orang.
Jumlah pesertanya dari tahun ke tahun terus meningkat. Tidak hanya dari Jakarta, tapi juga berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tahun ini saja ada 128 peserta yang mengikutsertakan mobilnya.
Menurut pemilik bengkel modifikasi XS Motoring Victor Joe, tingginya minat untuk memodifikasi mobil tak lepas dari ekonomi Indonesia yang membaik serta tingginya jumlah penjualan mobil nasional.
Pada 2012, diprediksi penjualan mobil akan menembus 1 juta unit dibandingkan 893 ribu unit lebih pada 2011. Bahkan pada 2013 pun penjualan mobil di Indonesia diprediksi masih akan tumbuh 5 persen.
”Dampaknya, industri modifikasi mobil ikut membesar,” kata lulusan University of Washington, di Seattle, Amerika, itu.
Penyelenggaraan kontes modifikasi juga memacu para modifikator untuk menunjukkan kreatifitasnya. ”Saya rasa ini sangat positif,” kata Victor.
Meski demikian, Victor menyarankan bahwa ada baiknya konsumen memodifikasi tidak hanya sekadar untuk mengejar penampilan, namun lebih menitikberatkan pada fungsi.
”Kepada konsumen saya selalu tegaskan bahwa barang atau aksesoris mobil yang ingin dipasang apakah memang perlu atau sebatas aksesoris. Banyak modifikator membuang uang jutaan rupiah untuk membeli barang yang sebenarnya tidak fungsional,” katanya.