Tingginya popularitas tablet di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari fungsionalitas dan kemudahan yang ditawarkan oleh perangkat tersebut. Vendor lokal berusaha menyambut segmen ini dengan meluncurkan berbagai tablet yang di desain untuk mengakomodir pasar lokal.
Pertumbuhan tablet PC di Indonesia sangat positif. IDC memprediksi bahwa selama 2012 ada 1 juta unit tablet yang dikapalkan di Indonesia. Apa kuncinya?

Pengamat telematika Teguh Prasetya menilai bahwa tingginya popularitas tablet tidak lepas dari semakin baiknya layanan mobile broadband di Indonesia, baik 3G ataupun Wi-fi. Koneksi internet yang makin baik, menurut Teguh, mendorong pertumbuhan tablet secara signifikan.

Diprediksi konektivitas HSPA+ di Indonesia pada 2017 mendatang sudah mencapai 85%, termasuk di kawasan rural atau pedesaan. Sedangkan jumlah data yang dialirkan di Indonesia pada 2015 nanti akan mencapai 5.000 pentabyte. ”Pertumbuhannya positif tablet akan menjadi primadona baru di industri,” ungkap Teguh.

Sebagai perangkat bergerak, tablet memang menawarkan fungsi yang menarik. Ini karena layarnya yang besar, optimalisasi fitur sentuh, serta desainnya yang ringkas. Tidak perlu lagi membawa laptop yang berukuran besar dan sangat merepotkan.

Di Indonesia, pertumbuhan tablet juga tidak dilepaskan dari kehadiran sistem operasi Android. Diperkirakan ada 4-6 juta perangkat berbasis Android dengan pertumbuhan year on year (YoY) rata-rata antara 28-30 persen.

Agus Hamonangan dari ID Android, mengungkap bahwa Android memiliki konten yang sangat kaya. Sehingga konsumen lebih leluasa dalam memilih aplikasi yang dibutukan. Selain itu, user interface-nya sangat baik dibandingkan sistem operasi lainnya.

Kehadiran aplikasi yang menawarkan konten lokal juga ikut menjadi pemicu. ”Aplikasi menjadi selling point dari tablet Android, serta mendorong percepatan digital life,” ujar Agus.

Direktur Marketing Advan Chandra Lianto mengatakan bahwa harga tablet yang ada dipasaran semakin terjangkau (dibawah Rp2 jutaan), membuat penetrasinya sangat tinggi. Menurut Chandra ada dua karakter konsumen di Indonesia. Yang pertama adalah mereka yang brand minded. Konsumen ini hanya percaya atau mau membeli produk dari brand-brand besar.

Sedangkan karakter konsumen kedua adalah mereka yang melihat produk dari fitur dan harga. ”Konsumen ini tidak terlalu peduli dengan merek. Selama mereka mendapatkan fitur yang diinginkan dan harga yang sesuai, mereka akan membeli,” ujar Chandra.

Konsumen tipe kedua inilah yang menjadi target Advan dalam memasarkan tablet terbaru mereka Vandroid T1C. ”Kami memberikan harga yang rasional tapi tanpa mengurangi kualitas ataupun spesifikasi,” beber Chandra.

Vandroid T1C dipasarkan dengan harga Rp1,9 juta. Namun, sudah dilengkapi sistem operasi Android terbaru Ice Cream Sandwich (ICS). Tablet 7 inci tersebut memiliki kerapatan gambar 1024 x 600 piksel dan teknologi IPS (In-Plane Switching). Tebalnya berukuran 9 mm, kamera 5 MP, prosesor Qualcomm Snapdragon Turbo 1 Ghz, RAM 512 MB, memori internal 4 GB (bisa ditambah hingga 32 GB), dan baterai 4000 mAh.

Sosiolog Imam Prasojo mengatakan bahwa kehadiran tablet ini memberikan dampak sangat besar terhadap gaya hidup masyarakat Indonesia. Menurutnya, saat ini telah terjadi perubahan dari generasi yang dulunya konvensional menjadi generasi digital. ”Karena proses dokumentasi sesuatu, baik menulis, memotret, hingga atau menggambar kini dilakukan secara digital,” ujarnya.

Inilah kelahiran masyarakat baru yang disebut Imam sebagai masyarakt cyber. ”Mereka sangat native dengan teknologi,” ujarnya. Selain itu, ciri lain dari generasi baru itu adalah ini : berjejaring. ”Saat ini orang harus selalu terhubung ke internet,” ia menambahkan.

Menurut Imam, sudah terjadi perubahan besar-besaran dikalangan masyarakat tentang cara berinteraksi antara satu sama lain. Jika dulu pertemuan fisik menjadi sangat penting, sekarang cukup dengan sosial media. ”Tablet ataupun smartphone telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem interaksi sosial kita,” ungkap Dosen Universitas Indonesia ini.