Inilah ras smartphone baru yang jauh lebih cepat (prosesornya), lebih besar (penampang layarnya), dan lebih canggih (kameranya). Superphone akan mulai membanjiri pasar Indonesia dalam waktu dekat.
Ajang Consumer Electronic Show (CES) 2012 di Las Vegas dan Mobile World Congress (MWC) di Barcelona awal tahun ini menjadi penanda pertama kehadiran smartphone generasi baru yang dilabeli “superphone” ini. Sebuah smartphone yang mengalami peningkatan jauh lebih baik di bidang hardware dibandingkan model yang sudah ada dipasaran.
Akhir April 2012 silam, HTC Indonesia menjadi vendor pertama yang menghadirkan ras superhone ini ke Indonesia lewat HTC One X. Dengan spesifikasi prosesor quad-core 1,5 GHz, RAM 1 GB, dan kamera 8 MP, HTC One X langsung meraih takhta sebagai smartphone terbaik di Indonesia.
Meski demikian, pekan lalu One X sudah punya saingan. Dialah Samsung Galaxy S III, produk flagship andalan PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN). Rencananya penerus saga Galaxy itu akan dipasarkan di Indonesia pada Sabtu (2/6) mendatang di kisaran harga Rp7 jutaan.
Lucky Sebastian dari ID Android menilai kehadiran superphone ini akan berpengaruh cukup besar terhadap pasar smartphone yang sudah ada: bahwa orang semakin yakin bahwa smartphone dapat menggantikan device tambahan seperti kamera saku ataupun konsol game portabel.
”Pengguna akan semakin yakin bahwa smartphone mereka bisa melakukan apa saja,” ujar Lucky.
Kamera yang dimiliki oleh HTC One X, misalnya, sudah imbang kalau tidak bisa disebut lebih unggul dibandingkan kamera saku digital biasa. Selain memiliki bukaan diafragma F2.0 untuk hasil foto lebih tajam, kamera One X juga nyaris tidak memiliki jeda fokus (shutter lag). Continous shot burst dengan 4 frame per detik bahkan membuat kamera saku digital terlihat kuno.
Sedangkan dengan layarnya yang berukuran 4,7 inci, HTC One X dapat dengan mudahnya memainkan game-game berat yang butuh grafis tinggi. Alhasil, gamer yang ingin membeli konsol game portable seperti PlayStation Vita akan berpikir dua kali.
Kendati demikian, fitur yang sangat mumpuni ini ini memang harus dibayar dengan harga cukup mahal. Mencapai Rp6,5 juta hingga Rp7 jutaan. “Harga itu sama dengan sebuah ultrabook ataupun DLSR keluaran terbaru. Karena itu, segmen pengguna superphone ini adalah mereka yang tech savvy. Para eksekutif muda yang membutuhkan handset mumpuni untuk menunjang pekerjaan mereka,” kata Lucky lagi.
Ia menilai tahun ini akan menjadi kick off dari superphone di Indonesia. ”Kedepannya pemain-pemain besar seperti LG, Sony, ataupun Huawei pasti akan masuk dengan membawa model superphone mereka sendiri,” katanya.
Sebab, menurut Lucky, sebuah brand harus bermain di produk kelas premium jika ingin mengangkat brandnya. ”Karena itu sampai akhir tahun kita akan melihat perkembangan teknologi yang luar biasa di segmen smartphone,” paparnya.
Penerus Saga Galaxy
Survey terbaru GfK menyebut bahwa market share Samsung di sistem operasi Android di Indonesia sudah mencapai 80 persen. Tak heran jika kemudian varian terbaru Galaxy S III ini menjadi produk yang ditunggu-tunggu.
Galaxy S III tidak hanya menggunakan prosesor quad-core. Tapi juga diklaim memiliki desain ”manusiawi” yang dirancang dengan berbagai fitur ramah terhadap penggunanya.
Fitur yang cukup unik adalah bagaimana Galaxy S III dapat mendeteksi gerakan mata. Selama mata pengguna menatap layar, maka layar akan tetap menyala. Selain itu, smartphone yang sudah menggunakan Android 4.0 atau Ice Cream Sandwich ini juga memiliki kemampuan untuk mengenal suara yang disebut S Voice. FItur ini mirip dengan Siri yang jadi andalan iPhone 4S.
Tapi empat fitur utama yang jadi unggulan Galaxy S III adalah Pop Up Play, S Beam, Camera Burst, dan Smart Stay. Keempat fitur tersebut diciptakan untuk memberi respon intuitif bagi penggunanya, memudahkan mereka dalam melakukan beberapa kegiatan dalam waktu bersamaan.
Tak ketinggalan Samsung juga menyediakan kuota penyimpanan cloud Dropbox yang telah di preload sebesar 50 GB selama dua tahun.
Samsung Galaxy S III diharapkan dapat menjadi terobosan smartphone premium dengan OS terbaru Android 4.0 (Ice Cream Sandwich).
Budi Janto, Director of Mobile Business Samsung Electronics Indonesia berharap bahwa Galaxy S III mampu melampaui penjualan seri Galaxy sebelumnya, S II, yang mencapai 20 juta unit di seluruh dunia dalam waktu 1 tahun. ”Saat ini pre-order Galaxy S III sudah melampaui angka 9 juta unit di seluruh dunia,” ujarnya.
Menurut Budi, peningkatan ini salah satunya dipicu oleh peningkatan pasar smartphone dan Android. Menurut Budi, pasar smartphone tumbuh 9 kali lipat sedangkan pasar Android di dunia tumbuh dua kali lipat.
Android Tak Terkejar
Laporan terbaru dari IDC menunjukkan bahwa sistem operasi iOS keluaran Apple dan Android milik Google sudah tidak terkejar. Dalam 12 bulan terakhir baik iOS maupun Android tumbuh sangat progresif.
Android mengakomodir 59% market smartphone saat ini sedangkan iOS mencapai 23%. Bandingkan dengan kuartal pertama 2011 dimana Android dan iOS dikombinasikan hanya mendapatkan 54.4% market share smartphone.
“Android dan iOS bukanlah yang pertama masuk ke pasar smartphone. Tapi, mereka mampu menghadirkan pengalaman yang intuitif dan mulus, sehingga bisa cepat pula meraih hati penguna,” kata Ramos Llamas, analis senior Teknologi dan Tren Ponsel di IDC.
Sistem operasi lain, Symbian dan BlackBerry, terus menurus turun jumlahnya di pasar. BlackBerry turun drastis dari 13,6% pada 2011 menjadi 6,1% pada 2012.
Satu-satunya sistem operasi baru yang masih menyimpan harapan besar adalah Windows Phone 7. Saat ini, WP7 hanya mendapatkan 2,2% market share. Namun, diprediksi jumlahnya akan terus meningkat seiring strategi Nokia untuk terus mendorong penjualan lini produk Lumia mereka.
Namun, tetap saja IDC menilai pertumbuhan WP7 akan lambat kecuali jika Nokia mempercepat penetrasi produk Lumia mereka ke pasar atau lebih banyak vendor yang meluncurkan smartphone Windows Phone ke pasar.
Lembaga riset lainnya, ABI Research, juga mengungkap fakta menarik. Mereka menilai akan terjadi pertumbuhan luar biasa terhadap phablets, yakni handset yang berukuran lebih besar dari smartphone namun lebih kecil dari tablet (misalnya Samsung Galaxy Note). Diprediksi, hingga 2015 mendatang penjualan phablets ini akan mencapai 208 juta unit di seluruh dunia.
Menurut analis senior ABI Joshua Flood, pertumbuhan phablets ini disebabkan karena meningkatnya waktu yang digunakan orang untuk berselancar web, membaca artikel, koran, ataupun majalah di smartphone mereka. ”Layar tablet yang lebih besar membuat perbedaan signifikan terhadap user experience, dibandingkan layar smartphone yang sekitar 3,5 inci-4 inci,” ujar Flood.