Lebar tapi tipis. Cepat tapi hemat (baterai). Cangkang luarnya cantik, secantik tampilan antarmuka Android 4.0 Ice Cream Sandwich (ICS) di dalam. Kualitas kamera dan teknologi Beats Audio juga sulit dikalahkan smartphone sekelas. Ternyata memang sulit mencari kelemahan HTC One X.

Country Director, Marketing, HTC Indonesia Djunadi Satrio pernah menyebut bahwa para pengguna high-end smartphone rela membayar lebih selama ekspektasi mereka dapat terpenuhi. Yakni ekspektasi untuk mendapatkan semua kualitas terbaik dalam sebuah smartphone. Terbaik saat menjalankan aplikasi dan game. Terbaik saat memotret dan mendengarkan musik. Terbaik pula dalam desain, mobilitas, dan performa.

Maka saya pun berupaya mencari tahu bagaimana HTC One X bisa meng-upgrade kegiatan keseharian target utamanya: eksekutif dan profesional yang membutuhkan high-end smartphone untuk menemani kegiatannya sehari-hari. Yakni para tech-savvy dengan konsumsi multimedia besar, kebutuhan berinternet dan bersosial media tinggi, serta aktif bekerja mobile.

Desain

Hitam adalah masa lalu. Definisi keren sekarang ada pada warna putih. Seperti putih ”piano” dengan sentuhan akhir high gloss milik HTC One X. Putihnya bersifat unisex: terlihat seksi digenggaman wanita namun tetap elegan ditangan pria. Bezel yang tipis menyamarkan tombol volume dan power, membiarkan layar berukuran 4,7 inci itu menjadi dominan. Simplisitas seolah jadi keutamaan.

Cangkang polikarbonat membuat bobot HTC One X terpangkas hanya 130 gram (dengan baterai). Terasa besar (layarnya), namun begitu ringan saat dibawa. Poin sangat plus bagi mereka yang sering bepergian. Dan karena unibody (diukir dari sebuah logam utuh) pengguna bisa yakin bahwa cangkang tidak akan retak atau terbelah seandainya terantuk atau terjatuh. Tebalnya yang dibawah 9 mm juga membuat One X amat nyaman digenggamn.

Layar

Saya yakin pengguna high-end smartphone sudah sangat terbiasa dengan ukuran layar 4,7 inci. Sebab layar sebesar itu akan memaksimalkan konsumsi konten multimedia. Ini saya rasakan sendiri saat menonton video berdurasi pendek yang biasa saya unduh dari Vimeo ataupun YouTube. Kerapatan 312 pixels per inch dan resolusi 1280 x 720 piksel membuatnya tajam, colourful, dan atraktif.

Selain semakin memaksimalkan pengalaman browsing halaman web, layar 4,7 inci juga membuat aktifitas mengedit foto lewat aplikasi seperti Picsay Pro, Pixlr-o-matic, PicPlz, atau Photo Grid menjadi lebih intens. Hasil jepretan bak lembaran foto asli.

Dan mendadak aktifitas membaca majalah PDF seperti Exposure, Fast Company, Macworld menjadi saya favoritkan kembali. Saya memang pernah menyukai membaca majalah PDF, tapi di tablet, bukan di smartphone.

Musik

Langkah HTC Corp mengakusisi Beats Electronics untuk meningkatkan kualitas musik pada handset HTC terbuktif efektif. In-ear-headset Beats dan dukungan Beats Audio profile di One X membuat mendengarkan musik kembali jadi aktifitas favorit saya yang sebelumnya tergeser oleh berinternet dan bermain game. Setiap suara yang keluar diproses dan diselaraskan dengan sofware  serta hardware dari Beats, menghasilkan kualitas musik yang mantap: bass yang tebal, suara yang jernih. Hasilnya bener-benar berbeda.

Kamera

Sebenarnya saya sudah cukup puas dengan kamera milik HTC Sensation XE. Pembaruan teknologi kamera 8 MP di One X membuat saya seperti mendapatkan kejutan. Pertama adalah hasil rekam 1080p yang akhirnya membuat saya lebih banyak meninggalkan kamera Sony NEX-5 yang ukurannya sudah kompak itu dirumah. Toh, kualitas lensa 28mm dengan bukaan rana F2.0 sudah sangat memadai untuk sekadar merekam home video.

Dan fitur merekam video sambil memotret itu juga sangat berguna ketika saya mendapati momen membingungkan apakah harus memotret atau merekam video. Kini saya bisa melakukan keduanya sekaligus!

Fitur continous shot burst dengan 4 frame per detik memang hebat. Berguna sekali saat butuh mengambil foto candid yang cepat. Tapi, yang lebih berguna bagi saya adalah kecepatannya dalam standby yang cuma 0,7 detik dan shutter lag minimal (auto-focus dicapai dalam 0,2 detik). Selain itu, HTC One X mampu menciptakan depth of field yang sangat tajam. Alhasil meng-upload foto di Path, Flickr, atau Instagram pun tak hanya lebih menyenangkan. Semangat memotret juga terus menerus terpompa.

Kecepatan

Quad-core memang lebih cepat. Tapi, saya tidak menyangka kecepatan prosesor Prosesor NVIDIA Tegra 3 Mobile dengan quad-core 1,5 GHz bisa begitu jauhnya dengan HTC Sensation XE yang dual core. Semua aktifitas yang saya lakukan seperti dalam mode “ngebut”. Berpindah dari aplikasi satu ke lainnya (multitasking) dapat dilakukan dengan cepat lewat tombol shortcut di bagian bawah kanan. Respon sentuh layar juga cepat, bereaksi seketika (smooth) saat disentuh. Misalnya saat menarik menu dari ujung atas

Game-game berat seperti Samurai Versus Zombie, Asphalt 6: Adrenaline, dan Need for Speed Hot Pursuit bisa di-load lebih singkat dan tanpa jeda. Begitupun saat membuka video. Terasa sekali pengaruh quadcore saat digunakan untuk menggeser-geser video. Hampir disemua departemen kecepatan HTC One X membuat saya kagum.

Memori

Memang HTC One X tidak memilki slot microSD tambahan. Tapi, ruang simpan 32 GB cukup besar. Saya sudah memindahkan puluhan file video, ratusan lagu, serta menginstal banyak game-game haus memori, tapi tetap saja cukup lega karena ada beberapa gigabyte memori tersisa. Lebih dari cukup untuk menyimpan foto hasil jepretan. Toh, saya juga bisa memanfaatkan beberapa gigabyte bonus akun Dropbox selama dua tahun.

 Daya Tahan Baterai

Katanya quad-core akan cepat memangkas energi baterai. Katanya pula quad-core bakal membuat handset cepat panas. Nyatanya, setelah dua pekan menggunakan One X kedua hal itu tidak terbukti. Sebagai seorang heavy user, HTC One X bisa tahan seharian tanpa harus di-charge.

Ternyata pembagian kerja inti prosesor 4 : 1 itu terbukti. Ketika saya sedang bermain game atau membuka aplikasi-aplikasi berat atau video beresolusi besar maka prosesor quadcore bekerja secara maksimal. Namun, saat saya sedang mendengarkan musik atau ponsel dalam keadaan idle, quadcore akan nonaktif secara otomatis, digantikan dengan core tunggal (inti kelima).

 Kesimpulan

Sepekan mencoba HTC One X membuat saya sadar akan pentingnya kualitas  hardware sebuah smartphone. Memang peranti lunak seperti sistem operasi ataupun aplikasi amat penting. Namun hardware yang berkualitas ibarat mesin yang membuat sebuah mobil bisa melacu dengan cepat.

Dan diera mobilitas seperti sekarang ini cepat adalah poin yang sangat plus. Saya ingin semua aktifitas saya, baik browsing internet, membuka aplikasi, multitasking, bisa dilakukan dengan cepat. Kecepatan itu bisa diberikan oleh HTC One X.

Saya jadi ingat ucapan Justin Zhang, Senior Manager Product HTC Asia. Justin menyebut bahwa konsumen high-end smartphone ini menginginkan kualitas. Mereka ingin mendengarkan musik lebih baik, melihat video lebih baik, browsing lebih baik, dan menyimpan lebih banyak. Ternyata memang HTC One X yang dipasarkan di harga Rp6,599.000  bisa memenuhi ekspektasi yang sudah terlanjur digulirkan sangat tinggi itu.