Akhirnya Sony Computer Entertainment Hong Kong (SCEH) memastikan bahwa PlayStation Vita (PS Vita) akan hadir di Indonesia pada Selasa, 8 Mei, silam. Hanya model Wi-Fi (bukan 3G) yang tersedia, dan dipasarkan dengan harga Rp3,4 juta.
Pemesanan awal atau pre-order sendiri sudah bisa dilakukan mulai 1 Mei-6 Mei di toko-toko tertentu. Dalam paket pembelian sudah termasuk game Uncharted: Golden Abyss dan ModNation Racers: Road Trip. Khusus mereka yang melakukan pre-order akan mendapat game eksklusif PlayStation Network (PSN) yakni Escape Plan.
Dibandingkan PlayStation Portable (PSP), PS Vita memang memiliki banyak fitur dan teknologi baru yang membuat bermain game jadi lebih interaktif.
Misalnya layar OLED berukuran 5 inci yang dapat disentuh, kamera depan dan belakang, hingga touchpad di punggung handset yang juga dapat digunakan sebagai kontrol permainan.
Fitur yang tak kalah menarik adalah Near. Near mengadopsi teknologi NFC, memungkinkan sesama pemilik PS Vita bisa saling bertukar data dalam jarak dekat, juga koneksi internet (Wi-Fi) yang memungkinkan pemain melakukan video chat, atau mengakses Twitter dan Facebook.
Selebihnya adalah bagaimana PS Vita bisa sangat mudah bersinergi dengan PlayStation 3 (PS 3). Jadi, pengguna bisa memainkan game yang sama di PS 3, lantas melanjutkannya di PS Vita.
Melawan Smartphone
Sony memang telah menjual lebih dari 70 juta PlayStation Portabel (PSP) dan PlayStation Go sejak 2004 silam. Tapi, kehadiran PS Vita sudah mendapat tantangan yang begitu berat. Bahkan, Reuters menyebut bahwa bukan tidak mungkin PS Vita adalah game portable terakhir yang akan diluncurkan.
Mengapa smartphone mengancam segmen game portable? Pertama, karena saat ini kualitas grafis, gameplay, maupun user-interface smartphone sudah seimbang bahkan menyamai konsol game portable.
Nvidia sendiri memprediksi bahwa pada 2014 nanti kualitas grafis pada smartphone akan sama atau bahkan melebihi konsol game seperti Xbox 360 atau PS 3 yang ada saat ini.
Artinya perkembangan teknologi di smartphone akan sangat cepat dan sulit disaingi oleh konsol game portable. Karena itu, muncul lah spekulasi bahwa kehadiran game di smartphone akan menghancurkan pertahanan perusahaan game tradisional.
Kendala lainnya adalah soal harga. Dengan banderol Rp3,4 juta, harga PS Vita hampir sama dengan PS3 Slim 320 GB yang dijual Rp3,9 jutaan. ”Seolah-olah Sony mendesain produk di pasar dimana smartphone dan tablet tidak eksis,” ujar direktur riset Gartner Michael Gartenberg.
Gartenberg menilai dengan harga yang mahal dan bahkan hampir sama dengan konsol game seperti PS 3 akan sulit bagi Sony untuk mencari pasar yang tepat untuk PS Vita. Bahkan gamer yang biasa menghabiskan berjam-jam bermain game dalam sehari pun belum tentu menjadi market utama PS Vita.
”Ya memang Vita menarik. Tapi saya rasa tidak ada alasan kuat untuk membelinya,” ujar James E, seorang editor game di San Francisco. Jika ingin ngegame, James lebih suka melakukannya di PS 3 atau PC-nya dirumah. Namun disaat bepergian James lebih suka memainkan Infinity Blade di iPad miliknya. Ia juga tidak tertarik untuk memainkan game di PS Vita karena sebagian besar sama dengan yang ada di konsol PS 3.
Selain itu, ada beberapa fitur yang dinilai menyusahkan para gamer. Antara lain eksternal memori card khusus buatan Sony yang harganya cukup mahal. Juga harga game PS Vita sendiri yang lumayan tinggi.
Memori card khusus Sony dipasarkan mulai Rp219 ribu untuk 4 GB, Rp299 ribu (8 GB), Rp599 ribu (16 GB), dan Rp1 juta (32 GB).
Untuk harga gamenya bervariasi. Amry Corps of Hell keluaran Square Enix, misalnya, dipasarkan Rp400 ribu menggunakan PS Vita Card atau Rp336 ribu (mengunduh langsung di PS Store). Shinobido 2: Revenge of Zen adalah salah satu game termahal dengan harga Rp450 ribu.
Optimisme Sony
CEO PlayStation Amerika Jack Tretton percaya bahwa PS Vita punya target market yang sangat besar. ”Target konsumen kami adalah pemilik PS 3 yang jumlahnya mencapai 60 juta orang di seluruh dunia,” ujar Tretton. ”Sebagian besar adalah pria berusia awal 20an,” ia menambahkan.
Para gamer, menurut Tretton, akan tertarik bagaimana PS Vita bisa menjadi pendamping PlayStation. Misalnya ada game tertentu yang membuat pengguna bisa memainkan misi yang sama dengan PlayStation 3. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di smartphone.
”Di tablet atau smartphone, Anda melihat ada banyak batasan. Batasan dari kontrol atau kedalaman game,” katanya. Tretton juga menampik anggapan PS Vita sebagai produk terakhir dari game portable. Ia merujuk pada data IDC yang mengatakan bahwa pasar game handset akan meningkat ke USD17,3 miliar pada 2015 dari USD10,7 miliar di 2010.
Sony sendiri sudah menyiapkan bujet sebesar USD50 juta untuk mendorong penjualan PS Vita secara global. Pada awal Maret silam Sony mengumumkan bahwa PS Vita telah terjual 1,2 juta unit di seluruh dunia. Sayangnya, di beberapa negara seperti Eropa, Australia, dan bahkan Jepang sendiri PS Vita dinilai lemah.