Gambar

Meski sudah populer sejak 2008, teknologi 3D belum pernah mencapai masa keemasannya. Segmennya ada, tapi tidak besar. Teknologinya terus menerus diperbaiki. Tapi hanya berstatus sebagai gimmick (pemanis), bukan game changer (merubah suatu tren).

Dalam Consumer Electronic Show (CES) 2012, bisa jadi hal ini berubah. Mungkin saja teknologi 3D yang ditampilkan kali ini benar-benar mampu mendeliver pasar. Begitu canggih dan nyaman digunakan sehingga teknologi ini sudah menjadi bagian dalam fitur wajib televisi. Yang jika tidak ada membuat sebuah televisi terasa kurang sempurna.

Di booth LG Electronics misalnya, terlihat sekali betapa vendor asal Korea Selatan itu begitu fokus memamerkan teknologi 3Dnya. Seorang petugas membagi-bagikan kacamata 3D yang ringan dan nyaman di pintu masuk booth yang tersusun dari 122 layar LCD 3D  yang masing-masing berukuran 55 inci. Setelah memakai kacamata, pengguna bisa langsung melihat efek 3D saat itu juga.

Sementara di dalam booth, LG memiliki beberapa line-up produk 3D yang tak kalah menarik. Antara lain TV OLED 3D berukuran 55 inci dan TV 3D Ultra Definition (UD) berukuran 84 inci. Di booth mereka yang berukuran 2,043 meter persegi, slogan yang didengungkan adalah “how smart is your 3D?”. Teknologi 3D yang disuguhkan LG jauh lebih baik. Kacamata lebih ringan, sementara efeknya lebih tajam.

Sedangkan di booth milik Sony, teknologi 3D yang disuguhkan lebih mengejutkan. Karena TV berukuran 46 inci mereka mampu memperlihatkan visual 3D tanpa kacamata. Teknologi ini disebut dengan autostereoskopik 3D, yang membuat ilusi kedalaman dengan merubah ribuan kaca kecil di display TV tersebut. Gara-gara efek autostereoskopik ini, SINDO seperti melihat di jendela daripada di layar TV. 

Teknologi 3D tanpa kacamata di layar TV ini juga ditunjukkan pula oleh Toshiba. Meski, saat mencobanya langsung, efek 3D yang ditampilkan tidak sebagus milik Sony. Karena efek stereoskopiknya datang dan pergi jika SINDO merubah arah pandangan ke layar TV.

Memang, problematik ini yang selalu menghantui teknologi 3D. Menggunakan kacamata memang lebih gampang untuk mendapatkan efek stereoskopik, tapi banyak yang merasa ribet saat harus memakai kacamata terus menerus. Sedangkan teknologi glasses free 3D saat ini belum benar-benar sempurna. Jadi kualitas 3D yang didapat konsumen saat ini masih dalam tahap “bagus”, belum “luar biasa”.

Tapi yang pasti, antusiasme para vendor besar (LG, Panasonic, Samsung, Sony, Vizio) terhadap 3D ini akan menjadi amplifier teknologi tersebut selama 2012. Teknologi yang semakin baik membuat penonton semakin tertarik. Dan sekarang pun, pengguna tidak hanya bisa mengonsumsi konten 3D, tapi juga bisa langsung membuat konten 3D menggunakan video camera atau handycam. 

Tentu saja yang membuat 3D dapat berekskalasi adalah konten. Jika industri menginginkan lebih banyak 3D TV yang terjual, lebih banyak kacamata atau player Blu-ray terjual, maka dukungan konten pun harus diperbanyak. Mungkin hanya Sony yang termasuk paling getol melakukan ini dengan mendorong pertumbuhan 3D gaming di PlayStation 3.