Razr sempat jadi simbol status, ikon fashion, juga ponsel clamshell terksukses sepanjang masa. Kini produk flagship Motorola itu dibangkitkan lagi dengan harapan memperoleh sukses yang sama. Sanggupkah?
Ketika Motorola Mobility– divisi khusus peranti bergerak Motorola Inc– merilis Droid Razr atau XT910, para desainernya bertekad mengedepankan konsep yang sama seperti saat Razr (versi clamshell) dikenalkan dulu. Yakni, harus memiliki desain yang mengejutkan.
Di mata konsumen, Razr identik dengan peranti mobile paling tipis, paling elegan. Maka engineer di Motorola pun memangkas ketebalan bodi Razr ke batas yang belum pernah dicapai sebelumnya: 7,1 mm.
Inilah smartphone Android yang lebih tipis dari yang tertipis. Lebih tipis dari Samsung Galaxy S II yang 8,5 mm, lebih tipis dari iPhone 4S yang 9.3 mm, lebih tipis dari HTC Sensation XE yang 11,3 mm, bahkan mengalahkan ketipisan Razr clamshell yang 13.9 mm.
Ukuran yang amat tipis ini berdampak pula pada beratnya. Berat Razr hanya 127 gram, lebih ringan dibanding Samsung Galaxy S II yang sudah ringan (130.5 gram).
Maka secara dimensi Razr sangat unggul. Paling tipis, paling ringan. Tapi, belum tentu menjadi paling baik. Karena ternyata desain bodi Razr yang penuh dengan garis-garis tegas itu membuatnya canggung ketika digenggam. Tidak pula nyaman saat di dekatkan ke telinga untuk berbicara.
Sudut yang dibuat meruncing dan tampilan minim ornamen membuat smartphone ini terlihat maskulin. Namun kehilangan berat , ketipisan, serta tampilan maskulin itu justru membuat Razr kehilangan sisi elegan. Sisi yang membuat ponsel ini terlihat mahal dan berkelas. Razr tidak menimbulkan senyum bangga setiap saya mengeluarkannya dari kantong.
Well, oke, mungkin tidak seburuk itu. Bagian yang paling saya suka adalah kombinasi serat kevlar dan stainless steell yang melapis kover belakang.
Tidak hanya keren dan memudahkan grip, kevlar ini bertindak sebagai pelindung. Tentu bukan terhadap peluru, tapi dari berbagai benda tajam. Saya sudah mencoba menggoresnya dengan kunci mobil, uang logam, pisau lipat, serta berbagai benda tajam lain yang biasa ada di kantong. Hasilnya nihil. Bagian belakang ponsel ini nyaris tidak bisa dilukai.
Bukan hanya itu, ternyata Motorola juga menginstal pelapis anti air yang membuat komponen di dalam Razr tidak akan terpengaruh dengan cipratan air. Ini juga faktor plus, meski saya sendiri belum berani mencobanya. Tapi, paling tidak kita tahu bahwa ponsel ini cukup kokoh.
Setelah desain, ekpekstasi saya tentu saja performa. Untuk yang ini, saya tidak kecewa. Layar Corning Gorilla Glass 4.3-inci qHD Super AMOLED-nya salah satu yang terbaik saat ini.
Film Transformers: Dark of the Moon dan 500 Days of Summer berekstensi .mkv dan .avi bisa dibuka dengan mudah. Tak hanya, itu warnanya juga sangat baik. Hitamnya benar-benar hitam.
Memori internal sebesar 16GB membuat saya tidak khawatir untuk menginstal berbagai game, video, gambar atau file lainnya. Kalau kurang pun masih bisa menambah memori eksternal hingga 32 GB.
Kombinasi prosesor dan memori Razr sudah yang terbaik: 1.2 GHz dual-core Cortex-A9 CPU, PowerVR SGX540 GPU, TI OMAP 4430 chipset, dan RAM 1 GB. Beberapa game yang menuntut grafis tinggi saya coba dan berjalan dengan smooth.
Kamera 8 MP autofocus LED flash, walau bukan favorit saya, kinerjanya cukup cepat. Kameranya bisa geo-tag, sentuh untuk fokus, deteksi wajah, serta penyetabil gambar saat mensyut video full HD 1080p.
Slot Micro HDMI bisa dikoneksikan ke TV atau proyektor untuk presentasi, memperlihatkan video atau foto atau lainnya. Apa yang kita lakukan di ponsel akan tampil pula di layar LCD (mirroring). Tentu butuh kabel HDMI lagi yang dijual terpisah.
Tampilan Android 2.3.5 Gingerbread cukup apik. Bahkan karena prosesornya yang sudah canggih itu kabarnya OS ini bisa di-upgrade ke Ice Cream Sandwich (Android 4.0 mobile OS) yang akan segera dirilis.
Seperti halnya HTC yang memiliki HTC Sense UI, Motorola juga memiliki aplikasi embedded yang diunggulkan. Ada Motocast untuk melakukan streaming gambar, dokumen, dan musik, ke komputer.
Aplikasi lain yang saya menfaatkan adalah smart action. Ini seperti menggabungkan aplikasi yang kita gunakan sehari-hari dalam satu portal. Mulai mematikan bluetooh, Wi-Fi, layar, GPS, dan lainnya. Simpel tapi berguna.
Baterai Li-Ion 1780 mAh juga cukup tahan lama, lebih besar dari beberapa model Android premium yang ada di pasaran. Oh ya, ponsel ini dibanderol seharga Rp5.499.000, memberi lebih banyak pilihan menarik bagi pengguna smartphone Android premium.
Beli Razr jika :
Anda sudah pernah memiliki Motorola Razr dan merasa bangga menggunakannya. Sekarang menggunakan Android dan mencari ponsel yang mampu monjolkan kepribadian Anda yang berbeda.
Jangan Beli Razr jika:
Anda tidak akrab dengan produk Motorola, tidak terlalu peduli dengan desain, dan lebih memilih ponsel yang jaringan servisnya tersedia di setiap kota.
Spesifikasi Motorola RAZR :
Prosesor: 1.2 GHz dual-core Cortex-A9 CPU, PowerVR SGX540 GPU, TI OMAP 4430 chipset.
Sistem operasi : 2.3.5 (Gingerbread);
Dimensi 130.7 x 68.9 x 7.1 mm / 127 g
Diplay : Super AMOLED sentuh kapasitif, 16M colors, Size 540 x 960 pixels, 4.3 inci.
Memori: 16 GB internal, 1GB RAM, microSD hingga 32GB.
Kamera : 8 MP, 3264×2448 pixel (fokus otomatis), di belakang 1.3MP, LED flash, Video 1080p@30fps, 480p@120fps;
Beterai : Li-Ion 1780 mAh