Seorang peserta sedang merakit robot dalam acara Energizer Robotic Competition 2011 yang berlangsung di STC Senayan, Jakarta, Sabtu (12/11) silam.
Seorang peserta sedang merakit robot dalam acara Energizer Robotic Competition 2011 yang berlangsung di STC Senayan, Jakarta, Sabtu (12/11) silam.
Mikrokontroler dan robotika menjadi cara bermain baru yang mengasyikkan bagi anak. Disinilah mereka bisa bermain sambil mengasah logika.

Theresia K tampak serius menekan-nekan tombol di remote control mungil berwarna biru. Alat itu mengendalikan robot rakitan miliknya, yang memiliki dua buah roda dan lengan. Lengan berbahan plastik itu ternyata ditujukan untuk menggiring bola. Sedangkan roda membuat robot dapat bergerak dengan lincah.

Bersama dua rekan satu tim, siswi SDK Mitra Penabur itu memang sedang bertanding. Mereka menggunakan robot rakitan untuk bermain sepak bola. Itulah salah satu aktifitas di ajang Energizer Robotic Competition 2011 yang dihelat oleh PT Energizer Indonesia, Sabtu (12/11) silam. Ajang tersebut sengaja dihelat di Hall Basket Senayan Trade Centre (STC) Jakarta karena membludaknya peminat. Jumlah peserta di Jakarta saja lebih dari 2.000 orang dengan rentang usia 5-15 tahun.

Kompetisi serupa memang sudah dihelat terlebih dulu di Bandung (25 September), Surabaya (16 Oktober), serta Semarang (30 Oktober) dengan antusiasme yang tak jauh berbeda. Marketing Manager PT Energizer Indonesia Muhammad Imaduddin mengaku terkejut dengan antusiasme peserta kontes robotik tahun ini yang luar biasa. Namun, Imaduddin juga menyayangkan bahwa event yang merangsang kreatifitas anak-anak dalam bidang teknologi masih teramat jarang. ”Padahal event seperti ini menjadi wadah penting bagi anak-anak untuk berkreasi, berinovasi, serta mengembangkan diri,” katanya.

Tidak hanya Soccer Robo (sepak bola robotika), total ada sembilan kategori yang dilombakan di ajang Energizer Robotic Competition 2011. Ada kompetisi Line Tracer yang mengharuskan sebuah robot melintasi trek penuh rintangan secepat mungkin. Kemudian Technomaster, sebuah kompetisi untuk menantang peserta membuat robot semenarik mungkin. Mulai robot yang bisa berjalan di atas air atau membawa beban. Kategori lainnya ada Robo Rumble, Racing Robo, Push Out/Sumo Robo, Technomaster Beginner, hingga Technomaster Senior.

Robotika tak ubahnya candu bagi anak-anak yang selalu haus akan rasa penasaran. Sebelum bisa dimainkan, robot yang terbuat dari Lego itu harus dirakit terlebih dulu. Dari proses merakit ini, kemampuan logika, memecahkan masalah (problem solving), serta mekanika anak akan terasah.

Lalu ada kegiatan programming untuk membuat mikrokontroler dapat menggerakkan robot. ”Walau program yang digunakan sederhana, tapi mereka tetap harus mengeset sendiri. Hal ini lah yang melatih logika mereka,” kata Imaduddin. Selain itu, aktifitas robotika ini juga jauh lebih menyenangkan saat dilakukan dalam tim (team work), melibatkan siswa, guru, bahkan sekolah.

Dalam event Energizer Robotic Competition 2011 yang sudah digelar, Imaduddin mengaku terkejut dengan kemampuan logic, mekanikal, serta programming dari para peserta. ”Di Bandung dan Surabaya saya melihat peserta yang superkreatif. Mereka merakit sendiri robot menggunakan bahan acrylic dan PCB,” ujarnya.

Andy S, yang menemani putranya William dari SD Penabur 10 Jakarta di Energizer Robotic Competition 2011 mengakui bahwa kegiatan ini sangat positif. ”Saya bahkan ikut serta menemani anak saya ke toko mainan. Terkadang saya juga terlibat dalam proses merakit,” katanya.

Harga sebuah robot sederhana berkisar antara Rp800 ribuan. Sedangkan yang sudah kompleks bisa diatas Rp10 juta. Wajar jika untuk sementara hobi robotika masih menyasar segmen menengah keatas. Selain itu, ketersediaan robot juga masih terbatas. Meski, toko mainan besar seperti Toys Kindom di Grand Indonesia, Jakarta, sudah menjualnya.

Lalu, bagaimana tren robotika ini kedepannya? Yang pasti, Imaduddin berharap agar robotika bisa menjadi sebuah tren baru. Perkembangannya akan lebih efektif dan agresif, jika robotika dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Tapi kendalanya, banyak sekolah yang belum tertarik dengan aktifitas robotika ini.

Sebenarnya ada celah lain agar robotika bisa berkembang cepat. Yakni melalui kursus belajar robot. Selama beberapa tahun terakhir kursus belajar robot ini terus menjamur, menunjukkan ruang pasarnya yang terus membesar.

Tercatat, ada lebih dari 20 tempat kursus membuat robot di Jakarta. Salah satunya adalah Robotic Education Center (REC) di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kota-kota lain juga tak mau kalah. Di Bandung ada Next System Robotics Learning Center di kawasan Baranang Siang. Di Surabaya ada Robokidz, dan di Lippo Karawaci ada CreatiVkids.

Kursus-kursus ini mendepankan kemudahan dan kesederhanaan, sehingga pembelajar mampu menguasai dasar-dasar robotika dalam waktu relatif singkat. Biaya kursus per bulannya mulai Rp250 ribu hingga Rp300 ribu. ”Saat ini sudah cukup banyak sekolah-sekolah yang memiliki kursus robot. Ini, sudah menjadi sebuah awal yang baik,” beber Imaduddin.

Indonesia sendiri sudah tidak luput dari perhatian dunia. International Robot Olympiad (IRO), ajang bergengsi kompetisi robot dunia tahun ini digelar di Jakarta.

Juri membetulkan robot yang bertanding sepak bola.
Juri membetulkan robot yang bertanding sepak bola.
Suasana pertandingan kompetisi robot
Suasana pertandingan kompetisi robot
Model robot yang terbuat dari Lego
Model robot yang terbuat dari Lego