Activision Blizzard, perusahaan yang menelurkan game action-shooter sukses Call of Duty, punya ide unik. Mereka ingin ”menghidupkan” action figure, replika miniatur dari tokoh komik, film, atau video game itu, menjadi kenyataan. Caranya, membuat sebuah action figure yang dapat dimainkan di dalam video game.
Konsep ini sebenarnya tidak benar-benar baru. Activision pernah mendistribusikan Guitar Hero, game berbasis musik yang sangat sukses. Salah satunya berkat game controller berbentuk gitar Gibson SG yang dapat mensimulasikan suara gitar, bass, atau drum.
Nah, sinergi action figure dengan video game ini ada pada game Skylanders: Spyro’s Adventure yang baru dirilis pekan lalu. Game tersebut dijual seharga USD70 (Rp600 ribu) dengan paket unik : tiga buah action figure dan alat koneksi yang disebut portal. Action figure berukuran 5 cm itu bukan sekadar pemanis, melainkan menjadi komponen tak terpisahkan dalam memainkan game tersebut. Setiap action figure dikoneksikan secara nirkabel ke dalam sistem video game melalui portal, yang berupa bulatan pipih berdiameter 15 cm.
Letakkan action figure di atas portal, maka di layar akan terlihat karakter yang ikut berganti. Karakter-karakter dalam action figure ini bervariasi. Ada 32 karakter yang bisa dipilih, dengan harga satuan USD8 (Rp70 ribu). Ada Spyro, naga kecil yang menyembur api. Ada Eruptor si manusia lava, serta Chop Chop yang bersenjatakan pedang. Setiap karakter memiliki kemampuan tempur dan kehebatan berbeda-beda.
Tapi yang menarik adalah bagaimana setiap action figure berfungsi sebagai media untuk menyimpan data. Setiap item yang didapat, eksperiens (XP) yang meningkat, skill yang bertambah, akan direkam di masing-masing karater. Cara kerjanya mirip dengan USB thumb drive, bedanya ia menyimpan data secara nirkabel.
Hebatnya lagi, data yang tersimpan ini bekerja lintas konsol. Sehingga ketika pengguna memainkan action figure Spyro di konsol Wii, ia bisa memainkan karakter yang sama di PlayStation 3 tanpa kehilangan semua pencapaiannya. Pengguna dapat memainkan karakter yang sama di Wii, Xbox 360, PlayStation 3, Nintendo 3DS, iPhone serta iPad. Bahkan, pengguna dapat memainkan dua karakter secara bersama-sama. Hal inilah yang dianggap sebagai terobosan baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya.
Bagaimana Activision melakukan hal ini? Setiap action figure dibekali dengan teknologi yang disebut dengan Radio Frekuensi Identifikasi (RFID). RFID menggunakan frekuensi radio untuk membaca informasi dari sebuah alat kecil yang disebut tag atau transponder (transmitter dan responder).
Tag RFID akan mengenali diri sendiri ketika mendeteksi sinyal dari alat yang kompatibel, yakni pembaca RFID (RFID Reader). Teknoogi ini biasa digunakan oleh pabrik obat dan jasa pengiriman untuk melacak barang atau menyimpan informasi di suatu barang. Operator seperti Telkomsel membenamkan chip RFID dalam kartu SIM untuk menjalankan layanan mobile wallet mereka, Tap-Izy.
Eric Hirshberg, CEO Activision Publishing menyebut bahwa Skylanders: Spyro’s Adventure adalah cara cbaru dalam bermain game. ”Inilah momen ketika mainan bisa menjadi hidup di video game,” ujarnya.
Tapi, apakah model bisnis seperti ini akan diterima pasar? Sulit untuk menjawab, karena masih relatif baru. Namun, analis dari M2 Securities Billy Pidgeon mengatakan bahwa konsep ini sangat berisiko.
Berisiko karena jika gagal, nama besar Activision taruhannya. Sebab, inilah kali pertama Activision kembali fokus pada game dengan segmen anak-anak. Game yang mereka kembangkan beberapa tahun belakangan, Call of Duty dan World of Warcraft, lebih serius dengan menarget remaja dan dewasa.
Tapi sebaliknya, Pidgeon berpendapat jika memang pasar menerima, maka bukan tidak mungkin cara ini akan banyak di ikuti oleh pengembang game lainnya.
Jeff McKinney, editor majalah Time to Play menilai Skylanders: Spyro’s Adventure sebagai langkah baru dan sangat positif. Ia telah memainkan game tersebut cukup lama dan mengaku menyukainya. ”Konsepnya sangat keren. Cara seperti ini bisa sukses, asal game pendukungnya juga bagus,” komentarnya. ”Bahwa mainan bisa ’hidup’, membuat konsep ini menarik,” imbuh Yale Miller, produser dari Activision.
Spyro sendiri bukan game baru. Karakter tersebut sudah ada sejak akhir 1990an, menggapai popularitas di konsol PlayStation. Spyro dibangkitkan kembali dengan konsep yang lebih segar. Activision tidak main-main. Mereka merekrut Joel Cohen dan Alec Sokolow, penulis skenario Toy Story, untuk membuat jalan cerita yang apik.
Diceritakan, Spyro dan karakter-karakter lain di game tersebut dibekukan oleh iblis bernama Kaos. Tugas mereka adalah mengumpulkan harta karun serta memecahkan berbagai teka-teki untuk mengalahkan Kaos.
Perusahaan tersebut juga menyiapkan dana untuk promosi sebesar USD10 juta (Rp85 miliar). Hasilnya sudah kelihatan. Toko mainan seperti Toys R Us mencantumkan Skylanders: Spyro’s Adventure ke dalam 10 besar mainan terbaik tahun ini.
Jika nanti konsep Skylanders: Spyro’s Adventure sukses dan memunculkan banyak pengekor, bisa jadi kita akan melihat banyak karakter-karakter action figure video game yang ikut ”dihidupkan”.
Bisa saja dimulai dari Mario, Zelda, atau Pokemon, Solid Snake dari Metal Gear Solid, selanjutnya Kratos dari God of War? Street Fighter? Transformers? Mega Man? Naruto? Kita tunggu saja.

