Jika tepat pemanfaatannya, aplikasi di smartphone dan tablet bisa menjadi media edukasi yang menarik bagi anak. Para ibu yang semula ragu, menjadi terkesan setelah menggunakan.
Mulanya Lina enggan membiarkan putranya bermain-main dengan iPhone 4 miliknya. Pemicunya adalah rasa takut jika Raikhal, putranya yang masih balita, ketagihan bermain game sehingga lupa waktu dan malas belajar.
Setelah sekian lama menghabiskan waktu di Apple Application Store, Lina menyadari ada banyak sekali aplikasi edukatif yang dirasa cocok untuk Raikhal. ”Mulai menyusun alfabet, angka, binatang, hingga puzzle,” curhatnya di forum The Urban Mama.
Di forum yang sama, Nindya, menuliskan pengalaman serupa. Seharusnya Samsung Galaxy Tab 7 inci yang baru ia beli memang digunakan untuk membantu pekerjaannya. Ternyata ia menemukan potensi lain, memanfaatkan tablet tersebut untuk memberikan input visual kepada putranya.
”Saya coba mencari aplikasi yang sekiranya dapat memberikan manfaat untuk anak saya di Android Market. Ternyata banyak sekali. Yang membuat saya lebih semangat, rata-rata bisa di-unduh gratis,” katanya.
Aplikasi yang diunduh Nindya, beragam. Ada aplikasi untuk melukis, mewarnai, mempadu-padankan baju, hingga mengenal warna. Tapi Abata Hijaiya adalah aplikasi yang paling ia favoritkan. Disebutnya sebagai, ”aplikasi terbaik untuk mengajarkan anak tentang huruf hijaiyah,”.
Baik Lina maupun Nindya sepakat bahwa aplikasi-aplikasi di smartphone ini menarik karena selain mudah didapat, beragam tema dan macamnya, interaktif pula sifatnya.
Media Pembelajaran
Ternyata memanfaatkan aplikasi edukatif di smartphone maupun tablet ini bukan hal baru. Survey Encyclopædia Britannica awal bulan ini menyebut bahwa 59 persen orang tua di Amerika yang memiliki smartphone/tablet berharap agar pihak sekolah dan para pendidik dapat berinvestasi lebih banyak terhadap aplikasi-aplikasi edukasional, baik dalam platform Android maupun iOS.
Mereka berpendapat bahwa pola pembelajaran melalui aplikasi di smartphone ini lebih menarik. Selain interaktif juga lebih dalam mudah merangsang anak untuk belajar.
Hal ini diakui oleh Lucky Sebastian dari komunitas ID Android. Menurutnya, ada banyak sekali aplikasi edukasional di Android Market yang bisa diunduh dan dimanfaatkan oleh para orang tua.
Dan tidak hanya banyak, kategorisasi untuk aplikasi edukatif yang bisa diunduh di Android market pun sudah spesifik. Tersegmentasi dalam kreatifitas, pembelajaran, buku elektronik (e-books), strategi, hingga boardgame/puzzle. Terbagi pula dalam rentang usia 0-4, usia 5-8, serta usia 9-12.
Kalaupun bingung memilih, orang tua bisa mendapatkan informasi dan referensi soal aplikasi mana saja yang menarik dari internet. Saat ini ada banyak sekali website ataupun forum seperti The Urban Mama yang memberi rekomendasi apa saja aplikasi edukatif yang bisa di-unduh baik di platform Android mapun iOS (iPhone dan iPad).
Memanfaatkan smartphone sebagai media pembelajaran di rumah, diakui oleh Product Marketing Senior Manager HHP Business Department PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) Fabiant Kayatmo, sangat menarik untuk dilakukan.
”Di sekolah anak-anak hanya belajar lewat buku. Nah smartphone bisa menjadi media pembelajaran alternatif ketika orang tua berinteraksi dengan anak di rumah, terutama saat weekend,” ujarnya. ”Orang tua bisa mengunduh aplikasi tertentu, membuat anak bermain sambil belajar,” ia menambahkan.
Yang menjadi pembeda Android dibandingkan sistem operasi lainnya, lanjut Fabiant, adalah sifat Android sebagai application based handset. ”Karena itu, para pengguna Android harusnya lebih proaktif dalam mencari aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” ujarnya.
Dalam hal ini, PT SEIN menjadi salah satu vendor yang cukup aktif mengenalkan Android kepada para penggunanya. Mereka rutin menggelar Galaxy User Workshop, sebuah sesi yang berlangsung selama dua jam selama weekend untuk memberi edukasi kepada pengguna terkait Android.
Fabiant mengakui, pihaknya sudah mengajak developer Android untuk bekerja sama. Tapi tidak spesifik untuk aplikasi yang berbau edukasi. ”Meski, kami sangat membuka kemungkinan bekerja sama baik dari sekolah atau lembaga tertentu yang tertarik memanfaatkan Android untuk pendamping proses belajar mengajar,” katanya.
Tetap Terkontrol
Kendati belajar melalui aplikasi di smartphone bisa jadi hal baru dan menarik. Namun orang tua harus tetap waspada. Khususnya dalam menyerahkan smartphone ke anak.
Survey yang dilakukan oleh Nielsen Agustus 2011 silam menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari aplikasi yang ada di smartphone milik orang tua di Amerika ternyata diunduh oleh anak-anak mereka.
Ini menunjukkan lemahnya kontrol orang tua terhadap ponsel mereka. Juru bicara provider jaringan telpon di AS Firstnumber mengatakan bahwa para orang tua harus berhati-hati dalam menyerahkan ponsel ke anak mengingat akses internet sekarang ini dapat dilakukan dengan sekali klik.
Kewaspadaan ini bisa dilakukan dengan cermat memantau anak dalam memakai smartphone, memberikan password atau parental security di smartphone, serta mencegah proses anak mengunduh aplikasi sembarangan.
Karena itu, baik Lina maupun Nindya sama-sama punya kebijakan ketat untuk membatasi anaknya dalam menggunakan gadget, khususnya smartphone dan tablet. ”Karena tabletnya saya bawa kerja, jadi anak saya hanya bisa ’belajar’ di malam hari atau akhir pekan. Itupun saya batasi paling lama 25 menit sehari,” papar Nindya.
gapapa sih pake gadget buat alasan edukasi, tapi jangan terus terusan ngegadget juga. harus diimbangi sama main di luar 😀
SukaSuka
Betul semuanya harus seimbang. Jangan sampai anak-anak tidak mengenal teknologi, tapi tidak baik juga jika terlalu banyak. Semua porsinya harus tepat.
SukaSuka