Saya dan langit di GWK
Saya dan langit di GWK
Hadiah tiga hari jalan-jalan ke Bali sebagai juara 1 lomba menulis dari Microsoft mau tidak mau harus saya ambil. Sudah lebih dari tiga bulan saya menunda terhitung sejak pengumuman pemenang lomba itu di dilakukan. Menunda karena terus terang belum ada waktu yang pas untuk pergi.

Ketika akhirnya berangkat, akhirnya saya tidak berangkat sendiri. Karena istri @leyanaR memutuskan untuk ikut. Mau tidak mau, Langit yang baru berusia dua bulan dan masih ASI eksklusif harus ikut. Alasan istri ikut karena ini mungkin satu-satunya kesempatan traveling dia selama cuti melahirkan. Setelah nanti bekerja lagi, akan sulit untuk mendapat waktu jalan-jalan.

Langkah pertama yang kami lakukan adalah riset dan mencari informasi soal membawa bayi 2 bulan ke pesawat dari milis dan teman. Ternyata cukup aman, karena sudah banyak yang melakukan. Tipsnya, saat take off dan landing harus disusui, dan diusahakan untuk tidur. Bisa juga menggunakan kapas untuk menyumbat telinganya, meski tidak kami lakukan.

Yang kedua membuat itinerary yang “baby friendly”. Maksudnya, lupakan semua aktifitas yang terlalu jauh, terlalu capek, dan kondisi lingkungannya tidak mendukung. Misalnya terlalu panas, terlalu banyak angin, dan lainnya.

Hari pertama yang kami kunjungi adalah restoran PJ’s di Four Seasons Resort Jimbaran yang harga menunya amit-amit bikin nggak ridho (Rp180 ribu untuk nasi goreng, Rp40 ribu untuk es teh manis). Restoran yang direkomendasikan teman ini letaknya tak jauh dari restoran seafood Jimbaran yang populer itu. Dari lobi resort ke PJ’s harus naik mobil listrik karena jaraknya sangat jauh.

Kemudian kami mengunjungi Graha Wisnu Kencana (GWK) dan Rock Bar di Ayana Resort & Spa. GWK sangat berkesan. Namun karena Rock Bar terlalu berangin dan baru dibuka pukul 16.30 sore, kami cuma sampai ke kolam renang Ayana Resort saja.

Hari kedua kami hanya jalan-jalan di sekitaran Ubud, dekat hotel kami The Sunti Ubud. Yang kami kunjungi adalah museum Antonio Blanco dan menghabiskan sore di Murni’s Restaurant. Murni’s terletak di bibir tebing, diatas sungai. Jadi pemandangannya sangat cantik. Restorannya juga memiliki desain ekletik. Meski makanannya biasa saja.

Untuk hari ketiga, mulanya ingin mengunjungi Bali Bird Park. Tapi, rasanya tempat itu kurang ramah bagi bayi. Karena itu, kami hanya mampir makan siang di Pecel Bu Tinuk yang populer itu, dan kemudian menghabiskan sore di Biku, restoran baru di Petitenget yang jadi rekomendasi Lonely Planet. Biku yang hampir 90 persen pengunjungnya bule itu punya menu yang dahsyat. Harus nyoba Pevlova yang enak banget.

Selama tiga hari itu, Langit sebenarnya tidak pernah rewel. Ia menangis dengan sebab. Karena lapar, kepanasan, atau posisi gendongan yang kurang enak. Hanya saja, perjalanannya sendiri yang menurut kami berat untuk bayi usia 2 bulan seperti dia. Mulai menunggu di bandara Ngurah Rai yang sumpek, ke pesawat, menunggu bis, hingga perjalanan dari Cengkareng-Bogor, bisa ditempuh lebih dari 5 jam!

Overall, membawa anak dua bulan traveling ke Bali sangat mungkin dilakukan alias doable. Tapi, apakah kami merekomendasikannya? Rasanya tidak. Untuk bayi dibawah 3 bulan lebih aman antor kota dalam provinsi dan jarak tempuh dengan mobil dibawah 6 jam.