Saya mengenal istilah itinerary beberapa tahun lalu. Tepatnya dari teman saya Indra Patriasandi yang memang gila traveling. Jauh hari sebelum berangkat, Indra mengirim email berisi rincian kegiatan yang akan kita lakukan dalam runtutan waktu, apa saja yang harus dibawa, serta bujet (hampir setiap pengeluaran dicatat).
Dari situ saya terinspirasi untuk membuat itinerary sendiri sebelum bepergian. Terutama saat melakukan traveling yang “on budget”. Jika ada undangan liputan ke luar kota atau luar negeri, tak perlu lah membuat itinerary.
Karena sebenarnya tujuan itinerary sendiri antara lain membuat perjalanan lebih maksimal serunya, terencana dan efektif sehingga tidak ada waktu yang terbuang percuma, serta ekonomis alias selalu tahu berapa perkiraan bujet yang dikeluarkan.
Ketika pergi ke Lombok-Gili Trawangan bersama istri, saya membuat itinerary yang sangat detil. Waktu itu kami hopping ke berbagai hotel (nyaris semua hotel bintang 4 di Senggigi dan Villa Ombak di Gili Trawangan), mengajak istri ke tempat menakjubkan yang pernah saya kunjungi sebelumnya (sunset point dan snorkeling di 3 pulau), serta sama-sama minum jus Magic Mushroom. Hehehe. Hasilnya, setiap momen yang ada di liburan itu benar-benar berkesan dan bahkan sulit ditandingi kalaupun kita pergi kesana lagi.
Kegagalan mengajak istri berbulan madu ke Hong Kong-Macau karena mahalnya tiket pesawat saya balas dengan ambisi untuk mendapatkan bulan madu yang tak kalah luar biasanya meski hanya di Bali.
Karena itu, jauh hari sebelum H bulan madu saya melakukan riset aktifitas apa saja yang kami berdua belum pernah mencoba sebelumnya. Saya melakukan browsing sana-sini, mengecek hotel, memperkirakan rute, serta menyusun jadwal.
Hasilnya luar biasa. Semua rencana perjalanan telah tersusun rinci. Dari menginap semalam di Kuta, pergi ke Taman Safari, lanjut menikmati suasana sepi Amed, diving di Tulamben, bermain All Terrain Vehicle (ATV), dan ditutup dengan bersantai di Jay’s Villa di kawasan kerobokan. Bulan madu luar biasa selama 5 hari tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya itinerary yang baik dan terencana.
Nah, pekan depan saya kembali pergi ke Bali bersama istri. Tapi, kali ini anggota baru, Langit, yang usianya baru 2 bulan. Jelas, membawa anak membutuhkan tantangan lebih dalam membuat itinerary. Jangan sampai terlalu lama di jalan, membatasi aktifitas agar tidak terlalu berat, serta menyusun barang bawaan. Tapi, terlepas dari itu, tetap harus fun.