Autech Japan Inc adalah anak perusahaan Nissan Motor. Salah satu tugasnya adalah melakukan dress up dari produk yang sudah ada. Selain Nissan Serena, X-Trail adalah varian yang dikonversi oleh Autech ini.
Nissan Jepang tertarik untuk memasarkan varian Autech ini ke Indonesia karena di Jepang produknya memang laris. Ya paling tidak itu kata Teddy Irawan, Deputy Director Sales & Marketing NMI.
Anyway, pekan lalu saya mencoba X-Trail Autech, versi manual 2.000 cc, dan membawanya ke Tanjung Lesung. Versi manual ini harganya Rp303 juta, sedikit lebih mahal dengan X-Trail Sport Touring standar yang Rp180an juta. Meski, untuk versi matic 2.500 cc, harga Autech dan X-Trail bisa sama, di Rp333 juta.
Perombakan Autech memang sebatas aksesoris. Eksterior, misalnya, jauh berbeda. Grill-nya yang kini tampil lebar dan tebal dilapis krom. Begitu pun ukuran lampu depan dan lampu kabut yang lebih besar.
Tapi jujur saja, saya lebih suka X-Trail versi standarnya. Lebih mewah, lebih gaya, dan sangat elegan. Emlem Nissan di depan berciri khas. SUV yang kokoh, tapi juga nyaman. Di Autech, ciri khas itu hilang. Bahkan, grill depan itu bisa dibilang jelek, tak berkarakter, dan unfinished.
Soal mengendarai X-Trail, hmm, nyaman. Lebih murah daripada CR-V, tapi nggak kalah keren. Cocok lah buat mereka yang menyimpan sedikit jiwa adventure. Asyik dibuat ke luar kota, dipake harian pun tak masalah. Cuma, mending beli varian yang paling mewah, X-tra Touring XT (CVT AT) 2.5 L ST, cukup banyak bedanya yang membuat pengalaman di dalam kabin jadi terasa lebih oke.