Setelah mengantar dua orang teman ke kosnya malam itu, saya memilih tetap berada di kursi depan. Perjalanan di malam yang beringsut ke dini hari itu memang memberikan waktu cukup lama bagi saya untuk mengobrol dengan supir taksi bertahtakan burung biru di atapnya itu.

Bagi saya, sopir taksi adalah profesi yang sangat unik. Mereka bertemu banyak orang dalam semalam. Mencuri dengar pembicaraan penumpang, dan mengecap sedikit kehidupan mereka untuk kemudian musnah sesampainya di tujuan.

“Banyak sekali karakter manusia yang pernah duduk di taksi saya, mas. Mengantar wanita panggilan, atau pria tua bersama seorang gadis yang mungkin seusia anak saya, itu saya alami sehari-hari,”

“Saya pernah ditipu orang yang diantar ke mal, tiba-tiba kabur nggak bayar. Atau mengantar preman-preman yang jahat dan nggak mau bayar,”

“Teman saya, pernah suatu malam mengantar seorang mahasiswi di UKI, untuk diantar ke rumahnya di kawasan Mampang. Setelah masuk, ternyata gadis itu tak kunjung keluar. Setelah mengebel, ibunya yang muncul. Dia tampak kaget usai mendengar perkataan teman saya,”

“Tapi, yang kaget selanjutnya justru teman saya. Tepatnya setelah si ibu mengatakan bahwa putrinya itu telah meninggal dua bulan silam karena bunuh diri. Dan, dia adalah supir taksi ketiga yang datang. Untunglah, biaya taksinya di tanggung si ibu,”.

—-

“Misteri. Misteri. Para penumpang adalah misteri. Aku tak pernah berhasil mengenal siapa mereka. Mereka hanyalah orang-orang yang kita temui sepintas di jalanan. Hanya sepintas, untuk kemudian menghilang kembali.

Yeah. Aku hanya sopir taksi yang selalu keluar pada malam hari. Bertemu begitu banyak orang dalam semalam, tapi pada hakikatnya selalu sendiri.

Kota ini juga sebuah misteri. Begitu banyak manusia kita temui di jalanan setiap hari, namun betapa sulitnya mengenal satu saja dari mereka. Betapa sulit memahami manusia meskipun mereka semua ada di sekeliling kita.

Ah, untuk apa aku memikirkan semua ini? Aku cuma seorang sopir taksi. Selalu keluar malam karena tak suka macet dan kepanasan. Selalu mengembara dalam kekelaman”.

Taksi Blues, Seno Gumira Ajidarma
* picture above is De Niro in Scorcese movie, Taxi Driver