“Commuting is the process of travelling between one’s place of residence and regular place of work,” – wikipedia.
Sejak dua pekan terakhir ini saya menjadi seorang comutee, seperti sebagian besar pekerja Jakarta yang memilih tinggal di kota satelit (Depok, Bekasi, Serpong, Bintaro, dst). Mereka, yang sehari-harinya acap menggunakan transportasi publik seperti kereta api ke tempat kerjanya.

Mungkin terdengar sedikit norak, tapi naik kereta mengasyikkan. Saya sudah coba semuanya. Kereta Express (Rp9 ribu) yang nyaman dan cepat, kereta ekonomi AC (Rp6 ribu) yang berhenti di tiap setasiun, dan kereta ekonomi biasa (Rp1,500) yang minim standar keselamatan (kereta jalan dengan pintu terbuka, buset) dan panas. Lihat gambar, the old geezer berjongkok di sebelah pintu dengan terkantuk-kantuk, tanpa takut terjatuh.

Konon, kemajuan sebuah kota bisa dilihat dari kondisi transportasi publiknya. Ya, jangan pernah bandingkan MRT di Singapura yang serba terkomputerisasi dan penuh papan petunjuk dengan stasiun Gondangdia, dimana saya harus celingukan mencari kondektur atau orang untuk bertanya, “Mas, ini udah sampe stasiun mana yak? Pondok Cina turun berapa stasiun lagi yak?”. Jeez.

Saya sendiri ke rumah teman di kosnya di kawasan Pesona Depok. Kosnya asyik sekali. Mirip hotel murah di gang-gang Poppies, di Kuta. Di backyard-nya, ada kolam renang dan sebuah pohon mangga besar. Hawanya juga adem. Makanya saya betah lama-lama disana. He-he-he.

Teman saya ini punya sahabat, seorang rapper. Nova, namanya. Malang, asalnya, dan Twin Sista grupnya. Ternyata, dia adalah putri Totok Tewel, gitaris grup Elpamas dan Katata Takwa. Haha. What a coincidence. Totok, yang kamar kosnya bersebelahan dengan Nova, saat ini selain menggarap album solo juga terlibat dalam project Kahyangan. ”Alirannya world music, semacam Krakatau, tapi lebih kental sentuhan jazz,” kata Nova soal ayahnya.

Selain sama-sama menggunakan iBook, referensi musik Nova juga luas. ”Ha-ha, aku pikir cuma aku yang ngedengerin Ben Folds dan Tom Waits Nov,” kata saya. Dan dia dengan senang hati membiarkan saya mengopi berbagai grup yang terkadang belum pernah saya dengar sebelumnya, tapi enak sekali.

Saat sedang menyeleksi lagu-lagunya, saya terbelalak dengan judul Nova feat Sitok Srengege. Ternyata, di lagu itu Nova memvokalkan salah satu puisi Sitok, salah satu penyair/sastrawan favorit saya.

Sitok ini, luar biasa cermat dan detilnya dalam menulis dan berdeskripsi. Diksinya teramat luas dan dahsyat. Seolah-olah dia begitu hati-hati sekali dalam merangkai sebuah kalimat. Dan, apa yang dikatakan Nova selanjutnya membuat saya lebih terkejut lagi.

”Om Sitok rumahnya masih di Pesona Depok juga, beberapa blok dari sini,” katanya. Dan dia berjanji akan mengajak saya berkunjung ke rumah Sitok, sebelum dia berangkat ke Australia untuk rekaman Januari depan. Wah, senangnya. Oh ya, nanti malam, Nova akan bersepanggung dengan Yacko untuk mengisi Soulnation di Istora.