“Siapa yang kesana mas? Kalau bisa liputannya turun hari Kamis, Jumat, atau Sabtu ya, soalnya kliennya masang iklan di hari itu,”

“Mbak, terus terang saya kesulitan mau memuat liputan ini di halaman mana. Beda dengan news, section Lifestyle itu semua by design. Jadi, tiap halaman sudah ada rubrikasinya masing-masing. Nggak mungkin kan kalau liputannya saya sisipin di rubrik yang sama sekali nggak ada relevansinya?”

“Gimana mas Danang, liputan yang kemarin jadinya keluar kapan?”

“Lho, mas, liputannya kan sudah keluar Senin kemarin?”

Berurusan dengan orang AE memang bikin pusing. Dan bukan saya saja, rasanya semua redaktur dan reporter pun ikut jenuh meladeni mereka.

Bukannya kita tidak mau membantu. Kita support dan sangat welcome, tapi terkadang permintaan para AE itu sangat merepotkan, dan tidak masuk akal. Senjatanya cuma satu, memo internal yang setiap datang ke meja saya ingin saya robek2 tuh kertas. Heuhue.

Kalau mau diceritakan, rasanya setiap orang punya pengalamannya sendiri “dikerjain” para AE itu. Saya, pernah secara nggak langsung diminta mengerjakan advertorial, menuliskan sebuah berita dan menunggu acc dari klien (walaupun akhirnya saya delegasikan ke Doni, huehue). Ujungnya, adv itu batal tayang. Minta dibuatin topik tertentu, saya buatkan. Lagi-lagi, last minute iklan ditarik.

AE yang lain lebih parah, masa berita biasa yang tidak termasuk adv juga minta approval klien, cuma gara-gara masang iklan banner? Sigh. Menurut Alia, teman saya yang kerja di majalah dan pernah mengalami masalah serupa, “kenapa masalah dia jadi derita gue?”.

Seringnya, menurut subyektifitas saya, mereka terlalu menjual murah iklan dengan sistem bundle liputan yang sangat menyebalkan itu. Terkadang juga tidak kreatif mengolah paket iklan. Banyak tuntutan, minim hasil.

But, their main problem are, THEY DON’T EVEN READ THE FUCKING NEWS PAPER! How your gonna sell without knowing your product, asshole!

Tentu, tidak semua seperti itu. Ada juga yang menelpon saya dengan ide bagus. “Mas kita ingin bikin paket di halaman Food untuk menyambut puasa. Bisa nggak kita minta space khusus buat menu berbuka setiap harinya. Nanti dicantumkan logo dari klien,”. Wah, oke, mas, kami siap membantu, jawab saya. Kan, ada juga yang kreatif.

“Ya, sabar saja, kita turuti aja maunya para AE itu,” kata pemred saya. Lho, saya selalu sabar kok bos, nggak pernah sekalipun bersikap sepak sama mereka. Makanya saya teriaknya disini. Hehe. Piss.