Kalau disuruh memilih, tentu saja tinggal di Surabaya jauh lebih nyaman dan enak daripada Jakarta. Tidak macet, tinggal di rumah dan kamar sendiri, makanan serba enak, teman banyak, dan masih ada 1001 alasan lainnya.
Nah, terus, why bother datang ke Jakarta?
Topik ini selalu saja jadi bahasan dan tema percakapan saat saya bertemu dengan teman-teman di Surabaya, yang kebetulan “hijrah” ke ibukota untuk bekerja.
Alasan saya sih, sejak kuliah memang ingin jalan-jalan. Ingin menemukan suasana baru. Di Surabaya, waktu itu, rasanya sangat membosankan. Target saya waktu itu, usia 20-35 tahun digunakan untuk belajar trial n error sebanyak-banyak. Inginnya banyak travel, bisa mengerjakan ini, bisa belajar itu.
Di Jakarta misalnya, sering saya bertemu dengan orang-orang hebat. Masih seumuran, tapi karya, prestasi, dan penghasilannya jauh lebih banyak dari saya.
Ambil contoh Henry Foundation a.k.a Batman, vokalis grup cutting edge Goodnight Electric itu. Usianya masih sebaya saya. Tapi, coba lihat karya yang dia buat : ngetop jadi sutradara video klip lewat Jadugar, jadi vokalis G~E yang sering manggung, dan terlibat dalam beberapa band proyekan, dst2.
Itu cuma salah satu contoh, banyak lagi (tak terhitung) individu-individu yang tak cuma kreatif, tapi juga pekerja keras. Bahkan, saya sampai terheran-heran, saat bertemu seseorang yang lebih dari segala-galanya dari saya. Lebih ganteng, lebih kreatif, lebih bisa berkarya, lebih rajin, lebih kerja keras.
Beberapa kali saya sendiri sampai heran, kapan dan bagaimana mereka belajar untuk bisa menguasai beberapa bidang sekaligus seperti itu?
Nah, hal-hal seperti itu lah yang sering terus memacu saya, untuk terus belajar dan mengembangkan diri lagi. Bukannya untuk saingan atau apa, tapi, kalau mereka bisa kenapa kita tidak kan? Ah, Jakarta..